Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merasa Diri Hebat? Jangan Lupa Suatu Waktu Semua Orang Harus Turun Panggung

24 Mei 2022   18:39 Diperbarui: 24 Mei 2022   18:45 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak Ada Pesta Yang Tak Usai

Kesalahan yang paling banyak dilakukan orang adalah lupa diri,akibat mabuk kesuksesan . Seakan akan dunia berada dalam genggaman tangan. 

Seperti halnya orang mabuk akibat kebanyakan minum tuak ,mabuk kesuksesan juga membuat orang lupa diri,sehingga melakukan tindakan yang kelak akan menjadi sesalan seumur hidup..

Ada begitu banyak kejadian,yang dapat dijadikan pelajaran hidup yang berharga,namun sayangnya,saking mabuk akan kebanggaan semu,menyebabkan orang mengabaikan semuanya dan berlaku seakan akan,kesuksesan yang sudah dicapai akan menjadi abadi. 

Suatu saat ketika sadar,bahwa saatnya turun panggung atau diturunkan secara paksa,orang baru sadar,tetapi sudah terlambat untuk menyesali semuanya.

Menjadi sosok yang selalu menjadi pusat perhatian ,mendapatkan sanjungan dimana mana,begitu nikmatnya,sehingga membuat banyak orang yang lupa diri. Hal ini mengakibatkan orang tidak mempersiapkan mental,bila suatu waktu tiba  waktunya untuk turun panggung.

Hidup bergaya dimasa muda,tapi mati daya dikala usia tua,apa gunanya?

Dikala muda dan sukses dalam bidang financial,menyebabkan orang lupa diri.Apalagi disanjung dimanapun ia berada. Sebut saja namanya Freddy,salah seorang Pengusaha muda di kampung halaman saya. Setiap kali masuk ke restoran,semua yang hadir berdiri atau setidaknya mengangguk hormat dan mengucapkan salam. 

Demi untuk menjaga "wibawa" ,maka Freddy bersikap bak Sinterklas.siapapun yang menyapanya,ditraktir makan . "Koh,semua rekening teman teman ini,saya yang bayar ya" Kata Freddy kepada Pemilik Restoran Dan tentu saja dengan senang hati ,Pemilik restoran,mengiyakan. 

Semua tamu yang merasa sudah ditraktir oleh Boss Freddy,langsung berdiri dan seakan akan koor,berkata :"Kamsia ya Koh Freddy  " Tarimo kasih yo angku Freddy " dan seterusnya. 

Hal ini membuat hidung Freddy kembang kempis ,kayak orang lagi mencium bau terasi,saking senang dan bangga. Hal ini berlangsung selama bertahun tahun.

Tidak Siap Turun Panggung 

Hidup dalam sanjungan dan diterima dimana mana dengan senyuman yang mengalahkan manisnya gula,tentu saja sangat menyenangkan dan saya sudah pernah merasakannya selama bertahun tahun. 

Tapi bedanya,saya cepat tahu diri,sementara sahabat baik saya Freddy ,terlena dan terbuai oleh nikmatnya pujian dan sanjungan. Saat masa keemasan perusahaannya,mulai memudar dan padam,baru sadar diri,tapi semuanya sudah terlambat.

Freddy sudah tidak berani lagi ke restoran ,bahkan kekedai kopi juga tidak,karena perusahaannya bangkrut dan  seluruh asetnya,termasuk rumah tinggalnya,disita oleh bank,untuk melunaskan kreditnya yang berjumlah miliaran rupiah. 

Sebagai seorang sahabat,saya hanya bisa membantu semampunya,karena tidak mungkin dapat memikul beban hidup orang lain

Tidak butuh waktu lama,Freddy mulai ketawa ketawa sendiri dan akhirnya ,oleh keluarganya diungsikan ke RSJ. Tidak tahan menghadapi tekanan batin,karena perobahan hidup yang begitu dramatis,menyebabkan Freddy  tidak kuat menghadapi hidup dan memilih jalan pintas,untuk mengakhiri penderitaannya

Sukses ? Bersyukurlah tapi tetaplah rendah hati

Bila kita sukses meraih impian hidup ,maka tentu saja kita patut bersyukur dan merayakan bersama keluarga dan sahabat dekat kita.Tetapi tetapkan humble.jangan sampai overacting dan lupa diri,seakan akan dunia sudah menjadi milik kita .Jangan lupa,siapapun diri kita,suatu waktu tiba saatnya kita harus turun panggung. 

Untuk itu,kita harus sedini mungkin mempersiapkan diri,sehingga dikala tiba waktunya,harus turun panggung,kita sudah siap secara mental dan berjalan turun dengan kemauan sendiri. Alangkah menyakitkan,bila kita sampai diseret turun panggung. 

Belajar dari kegagalan hidup orang lain,sama pentingnya dengan belajar tentang kesuksesan seseorang,agar jangan sampai kita melakukan kesalahan yang sama. Hal ini untuk menghindarkan,jangan sampai kita hidup bergaya dimana muda dan mati daya diusia menua.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun