Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memaknai Arti Hidup Bertoleransi dari Sudut Pandang Berbeda

23 April 2022   07:33 Diperbarui: 23 April 2022   07:37 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Beda Suku dan Agama Tapi Minum Pada Sumber Yang Sama

Pada waktu saya dan isteri diundang oleh adik kami Margaretha dan suaminya Sandro untuk travelling ke Italia selama lebih kurang sebulan, suatu waktu bertepatan dengan bulan Ramadan. 

Adik kami bisa mendapatkan kesempatan untuk ajak kami jalan jalan hingga ke Roma karena suami istri libur mengajar di musim panas. 

Nah, suatu waktu kami keliling keliling di kota Roma, walaupun saya tidak ikut berpuasa, tapi ikut merasa haus. Karena itu saat melihat ada kran air yang menurut adik kami layak diminum, maka saya langsung tidak menyia nyiakan kesempatan ini.

Diteriknya sinar mentari dan rasa haus yang menyengat, terasa air sejuk yang keluar dari mata air tersebut bagaikan air dari surgawi, walaupun sesungguhnya saya belum pernah ke surga.

Sedang asyiknya menikmati minum air gratis dari sumber mata air ini ,tetiba terdengar salam "Assalammualaikum.." Karena tidak merasa ditujukan kepada saya, maka saya diam.

Dan ternyata ucapan tersebut diulangi lagi dan kali ini saya melihat sesosok wanita dengan mengunakan jilbab tersenyum kearah saya dan saya menjawab "Muaalaikum salam" Dan kami sama sama menikmati air bening dari satu sumber yang sama walaupun kami berbeda suku dan agama.

Kilas Balik Dalam Kehidupan

Bila dijadikan kilas balik dalam ruang kehidupan lainnya, maka dapat dimaknai bahwa walaupun berbeda suku dan beda budaya serta agama tidak menjadi masalah mendapatkan sumber penghasilan dari sumber yang sama selama ditempuh dengan jalan yang jujur dan halal.  

Tak terbayangkan seandainya pada satu perusahaan hanya terdapat orang yang sesuku dan seiman. Seandainya bila hanya karena pemilik restoran tidak sesuku dan tidak seiman, maka orang tidak mau makan direstoran tersebut, maka semua perusahaan fast food di Indonesia akan gulung tikar. 

Contoh nyata lainnya adalah disaat umat Katholik merayakan Natal, maka halaman parkir di Masjid  Istiqlal boleh digunakan untuk parkir kendaraan bagi yang akan ke gereja. 

Begitu sebaliknya, saat umat Islam merayakan Idul Adha atau Idhul Fitri, maka halaman gereja Katedral dapat dimanfaatkan untuk tempat parkir bagi umat Islam 

Berdasarkan pada prinsip ini, maka secara bersama sama walaupun berbeda suku dan agama serta budaya, bersama sama membangun kerukunan dalam menjalani hidup ini. Sesuai dengan filosofi "Bhinneka Tunggal Ika", yakni kita berbeda tapi sesungguhnya kita satu bangsa, yakni bangsa Indonesia

Hidup damai dalam keberagaman, sungguh merupakan kebahagiaan bagi kita semuanya

catatan: tulisan ini merupakan sudut pandang pribadi. Bila ada yang keliru,maka kesalahan ada pada diri saya sebagai Penulis,karena saya tidak mewakili siapa siapa

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun