Beda Suku dan Agama Tapi Minum Pada Sumber Yang Sama
Pada waktu saya dan isteri diundang oleh adik kami Margaretha dan suaminya Sandro untuk travelling ke Italia selama lebih kurang sebulan, suatu waktu bertepatan dengan bulan Ramadan.Â
Adik kami bisa mendapatkan kesempatan untuk ajak kami jalan jalan hingga ke Roma karena suami istri libur mengajar di musim panas.Â
Nah, suatu waktu kami keliling keliling di kota Roma, walaupun saya tidak ikut berpuasa, tapi ikut merasa haus. Karena itu saat melihat ada kran air yang menurut adik kami layak diminum, maka saya langsung tidak menyia nyiakan kesempatan ini.
Diteriknya sinar mentari dan rasa haus yang menyengat, terasa air sejuk yang keluar dari mata air tersebut bagaikan air dari surgawi, walaupun sesungguhnya saya belum pernah ke surga.
Sedang asyiknya menikmati minum air gratis dari sumber mata air ini ,tetiba terdengar salam "Assalammualaikum.." Karena tidak merasa ditujukan kepada saya, maka saya diam.
Dan ternyata ucapan tersebut diulangi lagi dan kali ini saya melihat sesosok wanita dengan mengunakan jilbab tersenyum kearah saya dan saya menjawab "Muaalaikum salam" Dan kami sama sama menikmati air bening dari satu sumber yang sama walaupun kami berbeda suku dan agama.
Kilas Balik Dalam Kehidupan
Bila dijadikan kilas balik dalam ruang kehidupan lainnya, maka dapat dimaknai bahwa walaupun berbeda suku dan beda budaya serta agama tidak menjadi masalah mendapatkan sumber penghasilan dari sumber yang sama selama ditempuh dengan jalan yang jujur dan halal. Â
Tak terbayangkan seandainya pada satu perusahaan hanya terdapat orang yang sesuku dan seiman. Seandainya bila hanya karena pemilik restoran tidak sesuku dan tidak seiman, maka orang tidak mau makan direstoran tersebut, maka semua perusahaan fast food di Indonesia akan gulung tikar.Â
Contoh nyata lainnya adalah disaat umat Katholik merayakan Natal, maka halaman parkir di Masjid  Istiqlal boleh digunakan untuk parkir kendaraan bagi yang akan ke gereja.Â