Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hal yang Dianggap Sepele dalam Berbisnis, Padahal Menjadi Faktor Penentu

16 Maret 2022   16:43 Diperbarui: 16 Maret 2022   16:49 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi/antrian panjang untuk masuk ke restoran

Khususnya Bisnis Kuliner

Sering kita saksikan pada satu lokasi menumpuk beberapa rumah  makan yang berjejeran pada satu jalan yang sama Tetapi ada yang sangat ramai sehingga orang mau antrian hingga diluar ruangan, tapi sebaliknya ada rumah makan yang sepi.

Mengapa bisa terjadi demikian? Ada beberapa alasan, antara lain:

restoran tidak terjaga kebersihannya

layanan yang tidak maksimal

rasa masakan tidak enak 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Pada umumnya orang memilih makan siang ataupun makan malam di restoran bukan semata mata karena demi perut kenyang, melainkan sekaligus mendapatkan suasana yang cocok untuk refreshing bersama keluarga. 

Sehingga selisih harga makanan bukanlah menjadi bahan pertimbangan utama. Melainkan kebersihan restoran. 

Bila sekali orang menyaksikan ada lalat yang berterbangan dalam restoran ataupun saat ke toilet mendapatkan toilet kumuh, maka hari itu akan merupakan hari terakhir ia mengunjungi restoran tersebut. 

Bahkan terlebih jauh setiap kali ada sahabat atau keluarganya yang akan ke restoran akan selalu diingatkan "Jangan ke restoran ABCD, tidak bersih" Atau "Masakannya tidak enak"  Dan dalam waktu singkat restoran tersebut dapat diramalkan akan tutup buku. 

antrian panjang untuk dapat masuk ke restoran/dokumentasi pribadi
antrian panjang untuk dapat masuk ke restoran/dokumentasi pribadi
Membuang Semua Sisa Makanan Kedalam Tempat Sampah

Tidak jarang tamu memesan masakan terlalu banyak sehingga tidak habis. Ataupun porsinya terlalu besar bagi perut anak anak. 

Maka selesai satu keluarga makan siang dan akan meninggalkan meja makan, tampak masih banyak makanan yang masih utuh disana. Tetapi  Pelayan restoran akan menuangkan seluruh isi piring kedalam ember untuk dibuang ketempat sampah.

Bilamana karena merasa sayang membuang makanan dan Pelayan restoran membawa masuk makanan kedalam, maka hal ini akan memicu praduga dari para pengunjung lainnya "jangan jangan ntar sisa masakan ini disajikan lagi pada tamu lainnya"

isyarat : minta teko diisi karena sudah kosong/dokumentasi pribadi
isyarat : minta teko diisi karena sudah kosong/dokumentasi pribadi
Layanan Yang Prima

Kalau di Rumah Makan Padang bilamana kita ingin minta tambah nasi maka adalah hal biasa dengan suara agak setengah berteriak "Tambuah ciek da. tolong agieh kuahnyo yo da"

Tapi beda restoran beda pula tradisinya. Kalau di restoran Chinese, nasi akan dihidangkan sesuai permintaan dan diletakan dalam termos, terserah mau menyendok sesuai selera.  Dan bilamana mimunan di teko habis tidak perlu teriak teriak, tapi cukup membuka tutup teko dan meletakkan secara terbalik. Mereka sudah tahu ini petanda minta agar air teko di isi ulang.

ket.foto: Emak lagi foto bersama cucu pertama kami Kevin, dalam lauching restaurant bulan lalu/dokumentasi pribadi
ket.foto: Emak lagi foto bersama cucu pertama kami Kevin, dalam lauching restaurant bulan lalu/dokumentasi pribadi
Ramah Tamah

Kalau di Cafe biasanya Pelayan menawarkan minuman dengan menyapa para pengunjung "Good morning darling. what can I do for you" sambil tersenyum manis.

Tetapi berbeda dengan di restoran Chinese, mereka menghormati tamu dengan membungkukkan badan sewaktu menerima pesanan maupun sesudah menerima pembayaran.

Hal hal yang tampak sangat sepele, tapi justru menjadi faktor penentu sukses tidaknya bisnis kuliner.

Seperti tampak pada gambar, orang ikhlas antrian hingga barisan panjang karena restoran memiliki daya tarik yang tidak dimiliki restoran lainnya.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun