Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Daripada Sibuk Menghitung Pahala Kita

12 Maret 2022   17:56 Diperbarui: 12 Maret 2022   18:01 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bukankah Lebih Baik Memikirkan Apa Lagi Yang Dapat Dilakukan Untuk Meringankan Beban Orang Lain?

Karena saya dan isteri dulu pernah bergabung di perusahaan Multi Level Marketing, maka hitung-hitungan point untuk mencapai target yang ditentukan oleh perusahaan, secara garis besar masih teringat. Walaupun tidak mampu lagi mengingat secara mendetail. Misalnya, kalau berhasil mengumpulkan point, maka kami berhak mendapatkan bonus di akhir tahun, bahkan travelling ke Singapore. Dengan syarat minimal harus berhasil mengumpulkan 5000 point . Point ini dihitung antara lain dari: 

  1. keberhasilan menjual produk, termasuk beli untuk keperluan diri sendiri
  2. keberhasilan mengajak orang lain bergabung dalam perusahaan 

Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota termotivasi untuk rajin dan semangat menjual aneka ragam produk seperti sabun mandi.shampoo, cream, dan aneka ragam supplement food. Point dihitung dari nilai traksaksi dan jumlah barang yang berhasil dijual. Point yang lebih tinggi adalah bilamana berhasil mengajak orang lain menjadi "downline" kita. Apalagi bila downline kita ternyata rajin dan sukses. Bila berhasil mengumpulkan sejumlah "downline" maka peringkat kita akan menjadi "Supervisor" dengan fasilitas yang ditingkatkan, antara lain diizinkan punya ruang tersendiri bersama downline kita. Semakin dekat "deadline" semakin sibuk menghitung point, apakah sudah cukup untuk mendapatkan bonus akhir tahun dan Hadiah Jalan jalan keluar negeri?

Hidup Tidak Sama Dengan MLM 

Tetapi hidup kita adalah sesuatu yang tidak ternilai dan adalah sangat naif bila menyamakan dengan MLM - Multi Level Marketing sehingga setiap kali melakukan suatu perbuatan baik atau menolong orang lain, terus dicatat dalam buku Harian, untuk menghitung hitung, sudah cukup nggak pahala saya untuk masuk surga?

Tulisan ini sama sekali tidak mengutak atik keyakinan orang lain, melainkan bercerita tentang diri sendiri.  Saya dan isteri serta anak mantu cucu, sudah sepakat untuk mengambil prinsip "giving is giving " memberi adalah memberi, tanpa perlu dicatat berapa besar atau berapa point yang akan diperoleh? Dengan cara demikian kami belajar untuk memberi dengan seikhlas ikhlasnya. Bukan untuk  menghitung pahala dan juga bukan untuk dapat pujian atau sanjungan, maupun mencari popularitas diri. Karena kami sudah mendapatkan semuanya.

Alangkah eloknya memikirkan, apalagi yang dapat dilakukan untuk meringankan beban hidup orang lain? Karena sekecil apapun bentuk uluran tangan kita, di saat orang sangat membutuhkan akan menjadi suatu hal yang sangat bernilai bagi dirinya, ketimbang sibuk menghitung pahala kebaikan yang telah kita lakukan

Mencatat Kebaikan Orang Lain

Justru sebaliknya yang kami hitung dan catat adalah nama nama Kompasianers yang telah berbaik hati menyempatkan untuk membaca tulisan kami dan memberikan klik. Apalagi disertai dengan komentar yang menyejukkan dan merupakan apresiasi tak ternilai bagi kami berdua. Tercatat hingga saat ini ada 211 orang Kompasianers yang telah melakukan sharing and connecting kepada saya dan isteri. Berharap kami bisa bertemu dan kalau memungkinkan dapat kami bawakan cindera mata,walaupun nilainya tak seberapa, sebagai ungkapan rasa terima kasih dari lubuk hati terdalam.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun