Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dulu Berkumpul dengan Teman-teman Sebuah Kebahagiaan

5 Maret 2022   20:19 Diperbarui: 5 Maret 2022   20:34 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi/bersama teman teman di Bandung sebelum Covid

Kini Justru Orang Menghindari Untuk Berkumpul

Bila kita menerawang kehidupan sebelum Covid-19 melanda dunia, ada begitu banyak hal hal yang dulunya merupakan sebuah kehormatan dan kebahagiaan, kini malahan menjadi sesuatu yang dihindari. Sebagai contoh nyata yang dapat dirasakan oleh semua kalangan adalah  masalah kunjung mengunjung. 

Kalau dulu,mendapatkan kunjungan dari sahabat ataupun sanak keluarga, sungguh merupakan sebuah kehormatan dan sekaligus kebahagiaan. Tetapi sejak covid, bila ada yang datang berkunjung,maka Tuan rumah bukannya senang, malahan was was, jangan jangan tamu terpapar covid. 

Perasaan hati ini tentu bukan sepenuhnya,karena berburuk sangka,tetapi memang kondisi terkini,menyebabkan orang menjadi berpikiran semacam itu. Nah, rasa kurang nyaman mendapatkan kunjungan ini,menyebabkan orang juga tidak ingin mengujungi tetangga ataupun kerabat. Dengan 2 alasan,yakni ada rasa kuatir,jangan  jangan keluarga yang dikunjungi ada yang positif covid dan sebaliknya 

Bila mendapatkan undangan pernikahan, kalau sebelum covid merupakan kesempatan untuk bisa bertemu dengan para sahabat dan kerabat, tapi sejak Covid, cukup dengan mengirimkan pesan via WA untuk mengucapkan selamat dan bilamana yang menikah ada hubungan baik,maka cukup transfer sejumlah dana,baik untuk membeli karangan bunga ataupun sebagai angpau.

rumah-makan-bernama-622366dbe2d60e19322b6372.jpg
rumah-makan-bernama-622366dbe2d60e19322b6372.jpg
Bersama keluarga besar di Padang sebelum covid ./dokumentasi pribadi

Pesan Moral Yang Disampaikan Lewat Canda

Belakangan ini,agar tidak stress mikirin masalah covid  ,maka ada banyak cara di WAG untuk saling bercanda ,agar pikiran tidak terpancang pada rasa kuatir terhadap Covid. 

Antara lain, kalau dulu seorang  isteri selesai ditest dan dinyatakan :"Positif" ,maka bukan hanya suaminya, tapi seluruh keluarga ikut senang dan bersyukur, karena: "positif" berarti sudah hamil dan suami isteri akan menjadi seorang Ibu dan Ayah. Tetapi sejak Covid melanda dunia, bila sedang ditest, orang berdoa dan berharap agar hasil test adalah: "Negatif ", karena kalau positif berarti sudah terdampak Covid 19 dan harus di karantina. 

Masih dilanjutkan dengan candaan: "Kalau dulu, peribahasa mengatakan: "Bersatu kita teguh,bercerai kita runtuh" Tetapi sejak Covid, dimana mana ada pesan yang ditulis dengan huruf mencolok tentang adanya larangan berkumpul. Karena berkumpul ,berarti berpotensial terdampak Covid.

Sesungguhnya,tanpa kita sadari, gaya dan cara hidup serta pola bertentangga dan bersahabat telah mengalami perubahan secara mendasar. Seperti sudah dituliskan diatas,mendapatkan kunjungan dari sahabat atau tetangga,orang bukannya senang,tapi malahan was was,jangan jangan  ada yang positif Covid

Menyaksikan ada orang yang sakit dan terjatuh,biasanya orang yang berada disekeliling bergegas membantu orang tersebut .Tetapi kini melihat ada orang yang sakit ,apalagi batuk batuk, jangankan menolong, orang yang berada disekitarnya,malahan menghindar,karena takut ketularan covid 19.

Dulu kalau ada sahabat yang dirawat dirumah sakit,maka bagaimanapun sibuknya,orang akan berusaha untuk membezuknya. Tetapi kini mendengarkan ada sahabat yang dirawat dirumah sakit, orang perlu berpikir terlebih dulu untuk berkunjung atau tidak.

Karena itu, secara tanpa sadar,sesungguhnya  gaya dan pola hidup kita sudah berubah dan akan terus berubah, sesuai tuntutan zaman. Dibutuhkan kesiapan  mental menghadapi perubahan gaya hidup di era ini, agar mampu beradaptasi dengan gaya hidup terkini

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun