Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mana Yang Dipilih, Meminjamkan atau Memberi?

2 Maret 2022   19:41 Diperbarui: 2 Maret 2022   19:50 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: makeameme.org

Jangan Sampai Salah Memilih

Jangan menghakimi semua orang,hanya karena ada satu dua orang yang melakukan kesalahan. Kita semua sudah tahu tentang ini. Tapi masalahnya bukan menghakimi,melainkan melihat dan berlajar dari berbagai pengalaman. Baik pengalaman diri sendiri,maupun pengalaman orang lain. Berapa banyak kita kehilangan uang dan sekaligus sahabat,hanya lantaran meminjamkan sesuatu ? 

Mungkin cocok bila kalimat ini disisipkan disini,yakni :"Don't ask me,ask your heart,because the answer is in your heart" Mari kita tanya hati kita masing masing sudah berapa kali kita mengalami ,kehilangan sekaligus dua ,yakni sahabat dan barang atau uang yang dipinjamkan ? 

Demi Merawat Hubungan Persahabatan

Saya termasuk tipe orang yang tidak tegaan. Apalagi dikala kehidupan kami sudah berubah total,maka saya ingin sekali menjadi Sinterklas.Siapapun yang dekat saya,pasti akan mendapatkan sesuatu,setidaknya sebungkus coklat. Maka  setiap hari,saya lakukan "Open house" walaupun tidak punya izin sebagai pengusaha :"simpan pinjam"  .Masalahnya, saya meminjamkan tanpa jaminan apapun,melainkan semata mata karena tidak tegaan. Bayangkan,ada yang datang dengan wajah memelas,sambil bilang:" Pak isteri saya mau melahirkan,saya tidak punya uang dan tidak ada lagi barang berharga yang bisa dilego untuk dapatkan biaya bersalin" Mendengar ini,hati saya langsung terenyuh. Ingat semasa hidup kami masih morat marit dan putera kami sakit kejang kejang,tak ada uang untuk biaya berobat . Maka hati saya langsung rontok dan meminjamkan uang untuk biaya bersaling isteri orang,yang sama sekali tidak saya kenal. .Saking banyaknya yang datang untuk minjam uang,sehingga saya sudah tidak ingat lagi nama dan wajah mereka. 

Isteri  saya sudah berkali kali mengingatkan :"Koko ,menolong  orang itu baik,tapi jangan sampai dimanfaatkan .Tuh tadi yang datang bilang isterinya mau melahirkan,beberapa bulan lalu juga bilang isterinya mau melahirkan.Dan yang bilang neneknya meninggal,masa iya dalam setahun 3 kali neneknya meninggal" . Hal ini berlangsung dari tahun ketahun,hingga saya sungguh sadar bahwa apa yang selama ini saya lakukan,bukan menolong orang,tetapi justru menjadi penyebab terputusnya hubungan yang selama ini sudah terjalin dengan baik,karena telah memberikan pinjaman .Bahkan hingga kini,walaupun puluhan tahun sudah berlalu dan kami sudah sejak dulu memaafkan yang berhutang kepada kami,tapi tetap saja hubungan tidak pernah menyambung lagi .Mungkin mereka malu bertemu dengan saya.

Jangan Pernah Menagih Piutang 

Ada pesan dari negeri China yang disampaikan dari mulut kemulut,yakni :"Jangan pernah menagih piutang,kalau anda tidak mau kehilangan dua kali " Nah,maksudnya jelas.Sewaktu orang mau meminjam,maka berbicara lemah lembut dan sopan santun. Tetapi saat harus mengembalikan pinjaman,tetiba orang diserang amnessia dadakan dan jadi pelupa. Bila diingatkan,akan marah dan sejak saat itu putuslah hubungan persahabatan,maupun hubungan kekeluargaan. 

Karena itu,saya bagikan cuplikan pengalaman hidup kami,dengan harapan setidaknya menjadi masukan yang berharga bagi orang banyak. Jangan sampai niat awal mau membantu orang ,tetapi berakhir dengan kehilangan ganda,yakni :"uang dan sahabat"

Atau boleh jadi diantara para sahabat Kompasianers ,sudah ada yang memiliki pengalaman yang sama ?  Yakni :"Maksud hati mau meringankan beban hidup orang lain,tetapi berakhir dengan putusnya hubungan persahabatan,bahkan hubungan kekeluargaan?"

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun