Melihat Sampah dari Sudut Lain
Entah angin darimana ,tetiba saja di Kompasiana terjadi gegar tentang: "tulisan sampah", yang dikupas dari berbagai sudut pandang. Selama ini yang  dijadikan bahan perbincangan atau diskusi adalah  tulisan "inspiratif," ada tulisan: "menarik" serta ada juga tulisan "aktual." Baru kali ini tulisan sampah, jadi topik pembicaraan dan diskusi di Rumah Kita Bersama yang bernama Kompasiana ini.
Sesungguhnya kata "sampah" tidak selalu disertai konotasi buruk, karena sampah itu perlu dan mutlak ada dalam hidup kita. Bayangkan bila kita makan ikan bersama tulangnya, kasihan kucing tidak punya kesempatan lagi menikmati tulang ikan.Â
Begitu juga bila saking nikmatnya sop buntut, maka tulang tulangnya juga kita sikat habis. Kasihan si doggy nggak bakalan dapat lagi makan tulang.Â
Kesimpulannya, baik buruk sampah, tergantung dari sudut pandang masing masing orang. Bagi yang mampu mengubah sampah menjadi karya seni yang mahal, tentu saja sampah adalah merupakan berkah bagi dirinya. Tapi bagi orang yang tidak mampu mengolah dan sudah terbiasa menjalani hidup dengan prinsip: "Habis manis sepah dibuang," maka sampah menjadi sesuatu yang menjijikan baginya.
Salah satu tulisan saya yang ditempatkan di Artikel Utama oleh Admin adalah: "Melihat Sampah dari Sudut Lain"Â
Cara Mudah dan Instant Mengubah Sampah Jadi Pupuk
Tulisan sampah kedua yang terpilih masuk Artikel Utama adalah artikel saya yang berjudul: "Cara Mudah dan Instant Mengubah Sampah Jadi Pupuk."Â
Karena ada ketentuan bahwa dilarang menulis ulang, artikel yang sudah pernah ditayangkan, baik sebagian maupun seluruhnya, maka silakan dibaca sendiri untuk membuktikan bahwa memang benar artikel sampah karya tulis saya masuk Headline.
Yang berjudul: "Cara Mudah dan Instan Mengubah Sampah Jadi Pupuk"
Sehingga dengan demikian, diharapkan bahwa para pembaca, dapat memahami bahwa kata "sampah" memiliki multi tafsir. Ada yang menilai, sampah  itu adalah kotoran yang harus dibuang ketempat sampah.Â
Tetapi bagi yang mampu membaca peluang, sampah justru sumber berkat. Karena dari sampah buah Semangka, dapat dikreasi menjadi asinan yang sangat lezat. Begitu juga sampah yang berasal dari majalah bekas ataupun selebaran, bagi yang tidak memiliki jiwa kreatif akan dibakar atau dibuang kedalam tong sampah.
Sedangkan bagi isteri saya, setiap majalah ataupun brosur yang dikirimkan atau dibagikan di mall mall tidak pernah dibuang, melainkan hanya dalam waktu singkat, mengubah sampah kertas tersebut menjadi kreasi seni yang bernilai tinggi,bahkan jauh lebih mahal ketimbang majalah aslinya.
Karena itu,mari kita sikapi setiap komentar dan tulisan secara arif dan bijaksana, agar jangan terlalu cepat cepat naik darah, karena dapat menyebabkan hipertensi. Di rumah kami, menumpuk hasil karya seni, yang dirakit oleh isteri saya dari kertas bekas majalah dan brosusÂ
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H