Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Inilah Jajan Saya Sewaktu Kecil

4 Desember 2021   20:07 Diperbarui: 4 Desember 2021   20:12 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

gambar ilustrasi tombong kelapa: idntimes.com

Tombong Kelapa

Seperti yang sudah pernah saya ceritakan,kehidupan saya semasa kanak kanak,jauh dari gambaran hidup anak anak diera terkini. Saya anak ke 9 dari total kami 11 bersaudara .Sarapan pagi,ubi rebus atau sepotong pisang rebus.karena untuk beli minyak goreng terlalu mahal bagi keluarga kami. Kakak kakak saya kerja di pelabuhan dan satu lagi dipabrik sebagai buruh dan yang seorang lagi mencoba jadi pedagang perantara. Tapi belum ada yang mampu mandiri. 

Sementara itu, ayah kami yang awalnya adalah Supir Truk yang bertugas mengantarkan barang ke luar kota,sehingga hanya seminggu sekali bisa pulang ketemu keluarga Karena ketiadaan biaya dan hidup dengan makanan apa adanya,adik kami yang masih kecil tidak mampu bertahan hidup.

Saat sakit ,tidak ada uang untuk biaya berobat dan hanya bisa minta tolong "orang pintar".Tapi keduanya tidak mampu bertahan hidup dan meninggal sewaktu kecil. Saya ikut mengantarkan kepergian adik saya ketempat istirahat terakhir di Bukit Sentiong dan dimakamkan disamping makam Engkong kami Sejak saat itu,ayah kami alih profesi menjadi Kusir Bendi ,agar bisa dekat dengan keluarga,dengan penghasilan yang jauh lebih minim. 

Waktu itu masih duduk di SD yang waktu itu namanya Sekolah Rakyat,saya dan adik diantarkan oleh Emak kami  ,dengan jalan kaki dari Pulau Karam ke rumah sekolah. Tapi sewaktu duduk dikelas 3, Emak kami ditabrak  kendaraan sewaktu menjemput saya dan adik. Setelah itu,emak tidak mampu lagi jalan kaki mengantarkan kami kesekolah dan kami jalan kaki berdua.

rumah-di-kali-kecil-61ab655706310e6add624582.jpg
rumah-di-kali-kecil-61ab655706310e6add624582.jpg

ket.inilah rumah kami tempo dulu,yang berlokasi di pulau karam di kota Padang,dibelakang tampak latar belakang Bukit Sentiong'/dokumentasi pribadi

Pulang Sekolah 

Pulang sekolah ,usai makan siang seadanya,saya jualan Pale bada ,buatan ibu saya ,walaupun keuntungan sedikit,tapi lumayan bisa membantu, Sore hari saya nongkrong dirumah tetangga,yang  membangun semacam Industri Rumah dalam membuat minyak dari kelapa. Buah kelapa dipesan dari berbagai daerah,termasuk dari Mentawai.  Kelapa yang datang ditumpuk dalam gudang yang terbuat dari bambu dan beratapkan rumbia.

Diantara kelapa yang dibelah dan airnya ditampung di ember besar,terkadang ada "tombong kelapa" seperti tampak pada gambar diatas. Saya baru tahu,bahwa nama lain dari Tombong,adalah Kentos. Karena dianggap akan merusak cita rasa minyak,maka kentos ini dikeluarkan dan dibuang kedalam ember yang berisi air kelapa.  Inilah yang saya tunggu setiap hari. Dan beruntung,saya diizinkan untuk mengambilnya. 

Tombong kelapa ini terbentuk,bila ada diantara buah kelapa yang masih dalam sabut ini,tertinggal berbulan bulan,maka tumbuhka kecambah sebagai cikal bakal pohon kelapa Bila masih kecil,maka tombong kelapanya enak dan gurih rasanya. Tapi kalau sudah besar ,akan terasa tawar.

Tetapi tidak ada yang saya buang.Semuanya saya bawa pulang atas izin dari Koh Tong.yang empunya pabrik minyak tersebut. Bahkan bila dalam tumpukan kelapa ada satu buah kelapa muda yang terselip,maka akan dikeluarkan dan diberikan kepada saya,karena bila kelapanya peras,santannya akan merusak cita rasa minyak yang akan dihasilkan ,karena masih terlalu muda.Saya bawa pulang untuk dibagikan pada adik dan saudara saya yang lainnya.

Cirik Minyak

Ampas dari proses pembuatan minyak adalah dalam bentuk gumpalan  yang berwarna coklat kehitaman,yang disebutkan sebagai :"Cirik minyak" Biasanya oleh Koh Tong dijual kepada sebagai makanan ternak .Tapi untuk saya selalu diberikan satu tempurung penuh,karena saya ikut membantu membersihkan gudang kelapanya. Cirik minyak ini saya berikan kepada ibu saya untuk diolah jadi sambal balado ,yang kami makan bersama daun daun keladi yang tumbuh disemak semak di halaman belakang rumah kami di Pulau Karam.

Seperti itulah cuplikan kehidupan kami semasa kecil. Setiap pulang sekolah,pakaian saya buka dan tinggal celana pendek tanpa baju,karena pada waktu itu kain sangat mahal. Tidur saya hanya berselimut kain sarung bekas ibu saya yang sudah robek .

Karena itu setiap kali ingat dan terbayang akan hal ini,sungguh saya merinding... merasa seakan akan mimpi ,kami saat ini bisa tinggal di Australia.Sungguh Mahabesar Tuhan 

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun