Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiction From True Story

16 Januari 2022   08:44 Diperbarui: 16 Januari 2022   08:46 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup Tidak Selalu Seindah Kisah Sinetron

Isterinya berbisik cemas:"Sayang ,anak kita demam lagi" .Bagaikan disengat kalajengking Bram  mendengarkan hal ini dan hatinya menjerit :"Ya Tuhan,kasihanilah kami. Anak kami baru reda dari kejang kejang. Kami tidak punya apa apa lagi untuk dijual untuk mengobati anak kami..... Sudah tidak ada lagi daya ya Tuhan...."  Tetapi tidak selalu doa manusia dijawab secepat maunya. Ada kalanya Tuhan langsung menjawab :"Yes" tetapi tidak jarang Tuhan mengatakan :"Aku ingin menguji keimananmu kepadaKu"

Dengan tatapan nanar dan hati serasa remuk.Bram  memeluk anak isterinya ,sambil air matanya merembes ."Kita berdoa ya sayang "ajak isterinya .Dan sambil berpegangan tangan,keduanya menyampaikan jeritan jiwa mereka kehadirat Tuhan. Saat ia meraba kening puteranya,jantungnya serasa akan copot,karena demamnya cukup tinggi. Pada saat saat seperti ini.,siapa yang mau datang menolong mereka ? 

Apa yang dapat dilakukannya ?  Lari minta tolong kepada siapa? Satu satunya harapan mereka adalah semoga doa mereka dikabulkan ,yakni jangan sampai putera mereka kejang kejang lagi.....Sementara itu  bunyi petir dan kilat yang sambar menyambar,tak ubahnya  bagaikan film horor dan mereka berada didalamnya. Mereka terkurung dalam gubuk yang sama sekali layak huni. Tak ada sejemput nasi yang tersisa dan tak ada lagi uang untuk membeli obat apapun. Bahkan semua pakaian yang masih laku dijual,sudah lama tidak lagi menghuni rak pakaiannya 

Biarlah Saya Yang Menanggung Semuanya ya Tuhan

Dalam kondisi seperti ini,Bram hanya dapat berdoa:"Ya Tuhan,jangan biarkan anak isteri saya menderita.Bila memang penderitaan harus kami rasakan,biarlah semuanya saya tanggung sendiri. Timpahkanlah semuanya diatas pundak saya ya Tuhan. Kasihan anak isteri saya"

Sesaat seakan rohnya melayang layang ,mencari tempat untuk dapat berpegang dalam suasana hati yang membuat dirinya goyah dan rapuh . Ia merasa selama ini sudah memanjatkan doa bukan hanya dengan sepenuh hati,melainkan dengan seluruh jiwa raganya.Berharap agar segera tiba waktunya waktunya, Tangan Tuhan  yang sarat dengan  sentuhan  penuh kasih itu menjadikan semuanya indah . Tapi mengapa semuanya seakan hanya sebuah fatamorgana di padang pasir kehidupan? Dirinya sudah tidak mampu lagi berpikir ,apalagi melakukan kontemplasi .Hanya ada satu jalan yang terbentang dihadapannya,yakni menyerahkan seluruh harapannya kedalam Tangan Tuhan.

Pikirannya sudah tidak mampu lagi berpikir ,darimana bisa mendapatkan uang untuk membiayai puteranya berobat ? Meminjam? Sudah dicobanya berkali kali,tetapi jawaban yang diterima adalah kehampaan belaka ,yang semakin mendegradasi imannya,bahwa orang beriman itu mau membuka hati untuk membantu sesama yang terpuruk . Semuanya yang tampak tertata rapi penuh estetika dalam sebuah balutan kasih terhadap sesama,ternyata hanyalah sebuah kepalsuan belaka. Sungguh Bram merasa mereka terpuruk dalam jurang kehidupan dan tak seorangpun tergerak hatinya untuk sekedar meringankan penderitaan mereka.

Tetiba Sebuah Pelukan Membangunkannya 

"Hai koko bangun sayang, mimpi buruk lagi ya " dan perlahan laki laki itu membuka matanya dan sadar bahwa ia bermimpi lagi tentang masa lalu yang kelam. Ia bangun dan bersama isteri tercinta bersujud syukur kehadapan Tuhan. Syukurlah ternyata semuanya hanya mimpi ,tentang kisah hidup pahit getir yang pernah dialaminya.

Kini mereka sudah tinggal di Australia. "Sungguh Mahabesar Tuhan".Mimpi ini menjadi alaram baginya,agar  jangan sampai lupa diri bahwa dulu mereka pernah menjadi orang yang tidak dipandang sebelah mata. Yang untuk makan sebungkus nasi rames harus berutang sana sini. Karena itu ,kini kesempatan bagi mereka untuk mengulurkan tangan,membantu sesama yang menderita,tentu sesuai dengan kemampuan diri.

Seperti lirik lagu:

Ya Tuhan,pakailah hidupku

selagi aku masih kuat

bila saatnya nanti 

ku tak berdaya lagi'

hidup ini sudah jadi berkat

Kini keduanya hidup dalam berkecukupan dan dilimpahi kasih sayang oleh anak mantu dan cucu cucu  serta cicit cicit. Mau apa lagi kalau bukannya bersyukur?

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun