Dokumentasi pribadiÂ
Salah Satu Cara Pemerintah Australia Melibatkan Warga Atasi Masalah Sampah Plastik
Tadi pagi kami mengangkut 4 karung botol plastik bekas minuman air mineral ,yang setiap hari kami minum. Walaupun sesungguhnya,air leding di Australia layak untuk diminum langsung tanpa dimasak, tapi karena harga minuman air mineral cukup murah yakni 7 dolar untuk 2 lusin,maka kami memilih membawa air yang sudah dikemas dalam botol dalam setiap perjalanan dengan kendaraan. Sehingga kalau kami makan masakan yang dibawa dari rumah,baik di pantai ataupun di tepi sungai,kami tidak perlu membeli minuman lagi.
Dulu kami pernah membawa botol kosong ke Return Empty Bottle,tapi tempatnya cukup jauh dari kediaman kami. Karena itu isteri mengajak untuk mencari yang lokasinya lebih dekat. Dengan melacak melalui google,maka kami temui di Joodalup ternyata ada tempat returns empty bottle . Ada belasan ruang tersedia sehingga orang tidak perlu antri lama . Ada konter untuk:
Botol plastik
Botol kaca
Bekas Soft drinksÂ
Ada keterangan masing masing. Tidak masalah botol masih utuh atau penyok . Yang penting isinya sudah dikosongkan.
Beda Dengan Yang Terdahulu
Kalau dulu ,kami bisa sesuka hati memasukan botol kosong kedalam lubang yang terdapat disana,tapi kali ini berbeda aturannya. Begitu kami masukan sekaligus 5 botol kosong,lampu merah menyala dan ada peringatan agar memasukan botol harus satu persatu.Â
Ada tulisan dengan huruf mencolok:" Don't throw the bottle " Â Wuih ,kita dimarahin mesin" kata saya bercanda pada isteri.Â
Dan baru berapa buah botol kami masukan,eee lampu merah nyala lagi dan ada tanda STOP . Mesin penggerak yang menjalankan penerimaan botol mendadak mati. Aduh ,ngambek mesinnya .
 Wah,nggak enak juga nih,baru pertama kali ee sudah bikin masalah dengan mesin penerima. Nah mau diapain nih ? Saya mau coba masukan tangan untuk mengangkat botol yang melintang. Tapi tangan saya dicekal isteri dan bilang :" Jangan ko..bahaya  !, Ntar tangan masuk mesin menyala gimana?" Saya lihat belahan jiwa saya menengok saya dengan wajah serius  .Mana tega saya bikin cemas wanita yang begitu mencintai saya .?
![20211031-050706-617dbae20101901a011dba23.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/10/31/20211031-050706-617dbae20101901a011dba23.jpg?t=o&v=770)
Syukur ada karyawan yang datang dan dengan ramah menjelaskan bahwa :
- masukan satu persatuÂ
- mulut botol terlebih dulu
- pastikan tutup botol sudah dilepas
- jangan dilempar Â
Saya ucapkan terima kasih dan mulai menerapkan sesuai petunjuk Karyawan tersebut. Setiap kali satu botol berhasil masuk kedalam lubang,maka tampak pada layar keluar angka 10 cent dan terus bertambah sesuai banyaknya botol yang kami masukan.Â
Asyik juga kami berdua saling rebutan memasukannya,namun tetap dengan memperhatikan petunjuk,yakni tidak boleh dilempar dan harus kepada botol terlebih dulu.Â
Saya sempat bercanda pada isteri:"Ini mesinnya cerewet banget ya, yang dulu suka suka kita mau masukan berapa botolpun tidak masalah, jangan jangan ini female machine hahaha " Â Dan sebuah cubitan kecil dirusuk saya dan isteri bilang:" Nyindir ya ko" dan kami tertawa bersamaÂ
Lumayan ganti olahraga ringan,mengambil botol dari dalam karung ,meletakan dalam lubang dan kembali mengambil yang lain. Lumayan hampir 30 menit kami berdua saling rebutan  ,akhirnya semuanya selesai dan di layar tertera total  21.80 dollar  Yang kalau di rupiahkan setara Rp.240.000.Lumayan Â
Kemudian saya tekan tombol :"Voucher" dan terdengar bunyi mesin printer mini berkerja dan secarik keras sudah ditangan kami.Â
Dengan cara ini Pemerintah Australia melibatkan warga menjaga lingkungan bersih dari sampah plastik
Begitulah kami berdua menjalani hidup dengan penuh canda dan suka cita. Sempat jadi pemulung elit bersama isteri tercinta  hmmm Puji Tuhan kami dikaruniai kesempatan untuk menikmati hidup dengan penuh sukacitaÂ
Tjiptadinata EffendiÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI