Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

PNS Boleh Cuti Berbayar

16 Oktober 2021   18:56 Diperbarui: 16 Oktober 2021   19:10 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja kebun asal Indonesia | Sumber: detik.news.com


Kekurangan Pekerja di Australia, PNS Ditawari Cuti Berbayar untuk Membantu di Musim Panen

Mayoritas pegawai negeri pada Departemen Regional negara bagian New South Wales menyatakan akan mengambil cuti berbayar untuk membantu panen hasil pertanian. 

Sebenarnya hal ini bukan masalah baru,karena sudah sejak lama pemerintah Australia membuka peluang untuk kaum muda ,yang berusia 18 tahun hingga 30 tahun untuk berkerja di perkebunan.dengan gaji yang lumayan,bahkan ada kesempatan untuk memperpanjang kontrak kerja. 

Tetapi, tentu ada syaratnya. Jadi tidak semua orang yang mau kerja langsung diterima. Minimal harus mampu berbahasa Inggris dan setidak tidaknya sudah duduk minimal 2 tahun di bangku universitas. 

Karena itu,walaupun banyak yang mau, tapi sedikit yang dapat lolos seleksi Hal ini berbeda total dengan syarat bekerja di perkebunan di tanah air,yang penting berbadan sehat dan kuat untuk kerja dikebun,sudah memenuhi persyaratan

Karena seleksi cukup ketat, maka sebagai konsekuensi logisnya, pemerintah Australia kekurangan tenaga kerja di sektor pertanian,khususnya tenaga kerja untuk sebagai Pemetik hasil panen. 

Pemerintah negara bagian New South Wales di Sydney menawarkan cuti lima hari kepada pegawai negeri untuk membantu panen. Menteri Pertanian NSW, Adam Marshall, menyebutkan kekurangan tenaga kerja panen berfluktuasi dan bisa mencapai ribuan orang.

Persyaratan :

  • Usia 18 tahun - 30 tahun
  • Pendidikan minimal setingkat sarjana 
  • Penguasaan bahasa Inggris yang memadai

Pekerja "Kasar" Tidak Dipandang Rendah di Australia

Lain padang lain belalang,lain negara beda pula sudut pandangnya. Termasuk sudut pandang terhadap para "pekerja kasar". Kalau di negeri kita, para perkerja kebun atau kerja menyusun barang di mall,umumnya dianggap sebagai pekerjaan rendahan . Hal ini merembet hingga masuk dalam kehidupan pribadi. 

Misalnya bila calon menantu, pekerjaaannya adalah memetik buah diperkebunan atau menyusun barang di gudang,maka calon mertua mikir dulu untuk menerimanya sebagai  menantu. Tapi kalau calon menantu adalah PNS, maka calon mertua dengan senyum manis akan menerimanya. Karena sudah ada jaminan bahwa puterinya tidak bakalan terlantar.

Hal ini berbeda dengan di Australia. Seorang  wanita tidak malu menyebutkan bahwa suaminya adalah Tukang Batu atau Tukang Las,karena gaji Tukang Batu atau Tukang Las, bisa lebih besar dibandingkan gaji orang kantoran. Cucu kami sewaktu masih kuliah, kerja menyusun barang di mall dan satu lagi kerja sebagai karyawan di toko roti. 

Hal ini bukan karena orang tua tidak mampu bayar uang kuliah,melainkan cara orang di Australia mendidik anak anak mereka ,untuk kelak menjadi Sarjana yang siap pakai. Buktinya, begitu siap di wisuda ,tidak sempat berlama lama dirumah, seminggu kemudian sudah diterima sebagai karyawan salah satu bank terkemuka .

Kerja Diluar Negeri Kehilangan Jiwa Nasional?

Ada dua sudut pandang tentang orang Indonesia yang berkerja di luar negeri. Yang tidak setuju,mengganggap orang Indonesia yang meninggalkan negerinya  untuk kerja di negeri orang adalah orang yang sudah tergerus rasa nasionalnya. Karena setetes keringat untuk kerja keras membangun negara,jauh lebih bernilai dibandingkan kerja keras di negeri orang 

Bagi yang mendukung, berpendapat :"Mana yang lebih baik: "menjadi benalu di negeri sendiri atau  menjadi kuli di negeri orang?" Akhirnya kembali kepada pribadi orang yang akan bekerja,karena setiap orang adalah pengambil keputusan untuk nasib dirinya sendiri,bukankah begitu?

Sumber referensi: www.abc.net.au

Tjiptadinata Effendi


 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun