Jangan Sampai Muda Berfoya foya ,Tua Mati Daya
Peribahasa :"Berakit rakit kehulu,berenang renang ketepian,bersakit sakit dahulu,bersenang senang kemudian"  Kalimat sarat pesan moral ini sudah saya hafal sejak masih duduk di Sekolah Rakyat,yakni ditahun 50 an. Tapi agaknya ,bagi banyak orang,peribahasa ini hanya sekedar "lips service" atau pemanis bibir saja,tapi tidak diaplikasikan dalam kehidupan pribadi . Akibatnya, semasa muda dihabiskan dengan foya foya,pesta dansa ,beli motor baru dan petantang petenteng ,saling berlomba unjuk  kehebatan diri,apalagi bila orang tua mampu memanjakan anak anaknya. Lupa bahwa kekayaan orang tua,tidak ada yang abadi. Akibatnya,dimasa tua baru sadar diri,tapi sudah terlambat.sehingga terpaksa hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.Â
Saya mengambil contoh dikampung halaman saja. Orang orang yang kaya raya ,ternyata hanya mampu bertahan hidup dengan bergaya hingga turunan kedua dan selanjutnya, generasi ketiga, ada yang jualan nasi dibawah tenda,ada yang jadi sopir taksi dan ada yang untuk tinggal saja,harus kos kosan. Padahal  kakek neneknya dulu terkenal keluarga yang kaya raya. Tentu tak elok saya menyebutkan nama nama disini. Menceritakan hal ini,agar jangan sampai terulang lagi pada orang lain.
Sesumbar Kekayaan Mampu Bertahan 7 Turunan
Salah seorang  yang kaya raya dimasa saya masih sekolah,pernah sesumbar bahwa kekayaannya tidak akan habis dimakan hingga 7 turunan. Tapi ternyata ,baru sampai turunan kedua saja sudah tidak mampu lagi mempertahankan gaya hidup orang kaya.  Karena itu,setiap kali ada kesempatan bersama anak anak,selalu kami berikan contoh yang terjadi didepan mata ,bahwa kalau sukses ,ya disyukuri ,jangan menjadi angkuh . Begitu juga dimasa muda kerja keras ,agar kelak dihari tua dapat menikmati hidup layak. Hidup layak yang dimaksud adalah ,tanpa harus berkerja lagi,untuk kebutuhan pokok sehari harian sudah ada dana cadangan .
Setiap kali ada kesempatan pulang kampung,saya sangat sedih menyaksikan sahabat semasa kecil ,yang dulunya termasuk orang yang sukses dan kaya,tapi kini sepanjang hari hanya bisa duduk termenung dirumah,menghabiskan waktu,karena tidak punya dana untuk sekedar minum kopi dan makan kue dikedai kopi di pondok.
Tapi setulus apapun niat hati untuk membantu,mustahil kita dapat memikul beban hidup orang lain. Paling yang dapat  dilakukan adalah membantu sebisa kita .  Kami bersyukur,anak anak kami ,termasuk keponakan,tidak seorangpun yang menghabiskan waktu dan dananya untuk hidup bergaya dan berfoya foya. Bahkan yang sudah menjadi pimpinan salah satu bank swasta di Padang,sehabis jam kantor,masih melanjutkan dengan usaha home industry dirumahnya. Padahal sebagai Pimpinan  cabang dibank,gajinya pasti lebih dari cukup untuk kebutuhan hidup. Tapi mereka tetap kerja keras,agar kelak dihari tua dapat menikmati hidup dengan layak. Lebih baik bersakit sakit dahulu dan bersenang senang kemudian,daripada bersenang senang dikala muda dan menderita dimasa sudah menua .
Semoga tulisan ini ada manfaatnya
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H