Bukti Bahwa Nama Kita Tersimpan Dalam Hati Orang Banyak
Dalam berbisnis,kita perlu main hitung hitungan. Setiap sen pengeluaran harus diperhitungkan untung ruginya. Tetapi dalam hubungan dengan masalah kemanusiaan dan persahabatan,maka yang dikedepankan adalah hati .Â
Saat memberi ya memberi ,tanpa memperhitungkan,kelak saya akan dapat apa?  Bila kita mengundang teman teman untuk makan bersama,sama sekali tidak terpikirkan bahhwa hal ini dilakukan,agar kelak kita juga akan diundang teman  teman. Atau dalam kalimat lain :"Giving is giving" ,yang hanya memiliki arti tunggal,yakni:"memberi ya memberi"
Bila dalam memberikan sesuatu,dalam hati kita memegang prinsip :"Giving is receiving" ,memberi berarti menerima,maka pemberian kita sudah bukan lagi merupakan pemberian yang tulus,karena  sudah dibayangi ,akan harapan mendapatkan balasan . Â
Belasan Tahun Tidak Bertemu ,Tetap Disambut Dengan Senang Hati
Setiap kali kami mendapatkan kesempatan pulang kampung,selalu disambut dengan penuh kegembiraan oleh sanak famili dan sahabat sahabat lama kami. Bahkan ada yang datang dari luar kota dan dari luar daerah ,hanya untuk dapat bertemu dengan kami.Â
Apalah artinya dengan sebuah undangan makan,yang kalau dinilai secara financial,tak lebih dari 100 ribu rupiah untuk makan dan minum .Â
Tetapi orang mau datang dari Pekanbaru ,Bukittinggi dan Payakumbuh,meninggalkan berbagai kepentingan dan mengeluarkan biaya yang tidak sedkit. Karena  itu ,kehadiran sanak keluarga dan sahabat ,sungguh menghadirkan rasa syukur yang mendalam bagi kami berdua. Karena disayangi bukan hanya oleh anak mantu dan cucu cucu serta mantu cucu,tapi juga oleh sanak famili dan sahabat sahabat .
Padahal kami berdua bukan siapa siapa,bukan tokoh masyarakat dan bukan Sinterklas yang datang bagi bagi hadiah,melainkan hanya sepasang Opa Oma yang tidak punya keistimewaan apapun.
Kebahagiaan kami semakin lengkap dengan adanya undangan dari sahabat kami di Bandung.untuk makan malam bersama. Padahal sama sekali tidak ada kepentingan yang berhubungan dengan finansial atau apapun bentuknya. Persahabatan yang tulus,sungguh tidak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas.Â
Padahal sahabat kami di Bandung, 99,9 persen adalah Orang Sunda dan Orang Jawa dan setahu saya ,hanya satu dua orang yang sama sama berasal dari Padang Dari segi agama,99,9 persen beragama Islam,sedangkan kami berdua beragama Katholik . Satu lagi bukti,bahwa kasih yang tulus,mampu meniadakan sekat karena perbedaan suku,budaya dan agama.Â
Hidup dengan dikelilingi oleh sahabat yang mengasihi ,sungguh merupakan kebahagiaan tak ternilai  Keindahan hidup tidak dinilai pada seberapa hebatnya diri kita atau seberapa kayanya kita,melainkan seberapa banyaknya sahabat yang menyayangi kita
Semoga Covid cepat berlalu dan kita dapat bertemu di tanah air
Tjiptadinata Effend
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H