Tampak diatas atap darurat yang dipasang untuk menutupi lubang perlindungan berserahkan pecahan mortil dan beberapa diantaranya menancak dipohon kelapa dan didinding rumah. Â Tetangga kami yang tukang jahit anaknya tewas dan dirinya sendiri luka luka akibat terkena pecahan mortil yang ditembakan dari Kapal Perang milik tentara Pusat .
Total Yang Tewas Akibat Perang Saudara Jauh Lebih Banyak Ketimbang Tewas Melawan Penjajahan Belanda
Pengerahan kekuatan militer terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah militer Indonesia dalam catatan sejarah untuk menumpas PRRI memakan banyak korban di pihak PRRI, jauh lebih besar daripada korban perang dengan Belanda pada zaman revolusi kemerdekaan.Â
Penumpasan dilanjutkan hingga ke daerah daerah dan banyak kisah mengerikan yang tidak perlu ditulis disini,karena hanya akan menoreh luka lama yang sudah mengering.Â
Pada waktu itu saya masih duduk di bangku SMP. Tak terhitung siswa SMP dan SMA yang ikut latihan tentara dan  beberapa orang  teman teman saya bergabung menjadi Tentara Pelajar dan ikut berjuang bersama PRRI. Tapi tak satupun yang kembali dalam keadaan hidup.Â
Jam malam diberlakukan dan tdak seorangpun berani keluar malam. Bagi yang perlu melalukan perjalanan kekota lainnya,mutlak diperlukan Surat Jalan dari Ketua RT setempat dan setibanya di tempat tujuan harus melaporkan diri kepada RT setempat.
Setelah situasi mulai dikuasai tentara pusat dan bioskop sudah boleh dibuka kembali, dengan syarat sebelum film diputar,semua penonton harus menyanykan lagu Indonesia Raya dan Padamu NegeriÂ
Butuh waktu panjang ,sehingga kehidupan di Sumatera Barat menjadi normal kembali  Semoga jangan lagi ada perang,atas nama apapun. Karena walaupun namanya Perang saudara,tapi yang namanya perang adalah :"membunuh atau dibunuh"Â
catatan tambahan: untuk jelasnya,silakan dibaca :https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_Revolusioner_Republik_Indonesia
Semoga damailah Indonesia tercinta !
Tjiptadinata Effendi