Kami berdua kecewa dan putri kami sedih karena sudah hampir dua tahun kami tidak bisa bertemu. Kalau membiarkan pikiran tertuju pada masalah ini.
Maka secara tanpa sadar hati kami akan diliputi kemurungan dan kesedihan karena hasrat hati ingin bertemu anak cucu sudah batal berkali kali.
Ada telpon dari putera kami di Jakarta, " Papa mama ke Jakarta kapan?"Â
Beban Pikiran Akan Merusak Suasana Hati
Karena sudah berpengalaman menjalani hidup lebih dari tiga perempat abad, maka kami tahu bahwa bilamana dibiarkan pikiran terpaut pada batalnya keberangkatan maka hati kami akan diliputi kemurungan.Â
Maka caranya adalah  memikirkan,bahwa kami berdua bersama  seluruh anak mantu cucu di Perth sehat lahir batin.Â
Begitu juga keluarga putera kami di Jakarta semuanya sehat dan demikian juga cucu kami yang lagi studi di Jepang.Â
Bukankah hal ini merupakan hal yang patut disyukuri? Â
Setiap hari Sabtu atau Minggu, kami bisa selalu Video Call dengan anak cucu, bukankah hal ini juga suatu hal yang menggembirakan hati?
Apalagi menyaksikan betapa jutaan orang hidupnya jauh lebih menyedihkan  karena kehilangan salah seorang dari anggota keluarganya karena direnggut paksa oleh Covid.  Kita selalu mengakhiri doa dengan mengucapkan:"Semoga Tuhan mengabulkan permohonan saya  . Tetapi bukan maunya saya yang terjadi,melainkan kehendakMU lah yang terjadi " Maka kita dapat menerima bahwa tidak semuanya terjadi sesuai harapan kita.Â
Dengan mengelola pikiran secara benar,maka kami dapat melalui hari hari dengan penuh rasa syukur dan hati yang gembira. Hati yang gembira adalah obat yang terbaik di dunia ini. Bukankah begitu ?Â