Bukan Kata Orang Tapi Saya Sudah MencicipinyaÂ
Kalau dulu di Indonesia pernah heboh bahwa ada tempe setipis kartu ATM,ternyata ada daging setipis kertas. Ini bukan hoaks ,karena bukan hanya saya saksikan,tapi juga sudah pernah saya nikmati. Tapi saya tidak ingat apakah pernah menuliskannya tempo dulu atau tidak
Karena kejadiannya sudah cukup lama,maka saya tidak ingat lagi secara rinci bagaimana saya dan isteri bisa mendapatkan kesempatan masuk kesalah satu pabrik terbesar di Italia. Yang jelas ,keberadaan kami disana seratus persen adalah berkat dukungan adik kami Margaretha dan suaminya Sandro,yang sudah lebih dari setengah abad domisili di Padova - Italia. Pasangan suami isteri inilah yang mengajak kami untuk berkunjung kesalah satu pabrik ham di Italia  Tanpa mereka berdua,mustahil kami bisa diizinkan masuk.karena bahasa Italia yang dapat saya kuasai hanya 3 patah kata,tidak lebih
Saya tidak ingat lagi persis berapa lama perjalanan kami,tapi yang saya ingat adalah setibanya dilokasi pabrik dan kendaraan sudah kami parkir , Margaretha  adik kami menekan tombol bel dan berbicara dalam bahasa Italia.Ada bunyi berdenting dan ternyata pintu elektronik,dibuka dari dalam.  Kami diizinkan masuk kedalam pabrik dan langsung disambut oleh Pemiliknya Mr. Georgio.
Disinilah untuk pertama kali dalam hidup ,saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri,bahwa potongan paha babi  yang bergantungan di dalam ruangan,butuh proses hampir dua tahun ,tepatnya 18 bulan,baru boleh di pasarkan .Dan bukan sembarangan babi bisa asal main potong.Untuk menghasilkan daging setipis kertas,yang disebut Proscutto,babi yang akan disembelih minimal sudah berusia 9 bulan dan beratnya minimal adalah 170 kilogram. Saya baru tahu,bahwa berat seekor babi bisa mencapai berat 2 orang dewasa. Itupun yang diolah untuk dijadikan daging setipis kertas hanyalah daging yang berasal dari paha belakangnya saja Tidak menggunakan bahan pengawet ataupun zat perwarna,selain daripada garam. Setelah melalui proses 18 bulan,daging ini mengalami kesusutan sekitar 35 persen dan baru boleh dipasarkan.Â
Hingga saat ini,belum ada niat untuk mengembangkan usahanya ,untuk mengekspor hasil produk dari Pabrik Ham :"Fortuna" yang berada dibawah pimpinan dan sekaligus menjadi pemilik perusahaan ini. Karena butuh proses yang panjang ,sementara untuk kebutuhan restoran lokal saja,ia sudah hampir tidak mampu mensupplainya.
Di beberapa toko di Australia,saya pernah beberapa kali melihat ada yang menjual daging setipis kertas yang disebut Prosciutto ini,tapi harganya selangit,karena kemungkinan diimpor Syukurlah kami berdua sudah pernah menikmati sepuas puasnya selama berada di Italia bersama adik kami Margaretha dan suaminya Sandro. Karena itu menengok harga di Australia selangit,maka mendadak selera saya menurun dan tidak jadi beli. Siapa tahu tahun depan,covid berlalu ,kami bisa kesana lagi dan makan gratis sepuas puasnya hehehe
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H