Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ada Tempe Setipis Kartu ATM? Ternyata Ada Daging Setipis Kertas

3 Juli 2021   23:22 Diperbarui: 4 Juli 2021   03:19 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan Kata Orang Tapi Saya Sudah Mencicipinya 

Kalau dulu di Indonesia pernah heboh bahwa ada tempe setipis kartu ATM,ternyata ada daging setipis kertas. Ini bukan hoaks ,karena bukan hanya saya saksikan,tapi juga sudah pernah saya nikmati. Tapi saya tidak ingat apakah pernah menuliskannya tempo dulu atau tidak

Karena kejadiannya sudah cukup lama,maka saya tidak ingat lagi secara rinci bagaimana saya dan isteri bisa mendapatkan kesempatan masuk kesalah satu pabrik terbesar di Italia. Yang jelas ,keberadaan kami disana seratus persen adalah berkat dukungan adik kami Margaretha dan suaminya Sandro,yang sudah lebih dari setengah abad domisili di Padova - Italia. Pasangan suami isteri inilah yang mengajak kami untuk berkunjung kesalah satu pabrik ham di Italia  Tanpa mereka berdua,mustahil kami bisa diizinkan masuk.karena bahasa Italia yang dapat saya kuasai hanya 3 patah kata,tidak lebih

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Pengalaman Pertama Dalam Hidup

Saya tidak ingat lagi persis berapa lama perjalanan kami,tapi yang saya ingat adalah setibanya dilokasi pabrik dan kendaraan sudah kami parkir , Margaretha  adik kami menekan tombol bel dan berbicara dalam bahasa Italia.Ada bunyi berdenting dan ternyata pintu elektronik,dibuka dari dalam.  Kami diizinkan masuk kedalam pabrik dan langsung disambut oleh Pemiliknya Mr. Georgio.

dokpri
dokpri
Apalagi ketika Margaretha menyampaikan bahwa kami mengunjungi pabriknya untuk mendapatkan informasi,yang akan di publish di berita online. Dengan antusias Georgio ,mempersilakan kami masuk keruang pabrik,sambil berkata :" Ooo Jurnale.. prego prego " Yang kira kira artinya adalah :"Ooo penulis ? Silakan masuk. Dalam hati saya bersyukur ,telah diperkenalkan oleh adik ipar kami Sandro.bahwa saya adalah :"Jurnale" Apalah Jurnale berarti Penulis atau Jurnalis,maaf saya tidak tahu dan juga sama sekali tidak merasa bersalah,karena memang sudah berulang kali saya katakan,bahwa saya adalah Penulis dan bukan wartawan.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Butuh Proses Hampir 2 Tahun

Disinilah untuk pertama kali dalam hidup ,saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri,bahwa potongan paha babi  yang bergantungan di dalam ruangan,butuh proses hampir dua tahun ,tepatnya 18 bulan,baru boleh di pasarkan .Dan bukan sembarangan babi bisa asal main potong.Untuk menghasilkan daging setipis kertas,yang disebut Proscutto,babi yang akan disembelih minimal sudah berusia 9 bulan dan beratnya minimal adalah 170 kilogram. Saya baru tahu,bahwa berat seekor babi bisa mencapai berat 2 orang dewasa. Itupun yang diolah untuk dijadikan daging setipis kertas hanyalah daging yang berasal dari paha belakangnya saja Tidak menggunakan bahan pengawet ataupun zat perwarna,selain daripada garam. Setelah melalui proses 18 bulan,daging ini mengalami kesusutan sekitar 35 persen dan baru boleh dipasarkan. 

Hingga saat ini,belum ada niat untuk mengembangkan usahanya ,untuk mengekspor hasil produk dari Pabrik Ham :"Fortuna" yang berada dibawah pimpinan dan sekaligus menjadi pemilik perusahaan ini. Karena butuh proses yang panjang ,sementara untuk kebutuhan restoran lokal saja,ia sudah hampir tidak mampu mensupplainya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Di Australia juga Ada Tapi Harganya Selangit

Di beberapa toko di Australia,saya pernah beberapa kali melihat ada yang menjual daging setipis kertas yang disebut Prosciutto ini,tapi harganya selangit,karena kemungkinan diimpor Syukurlah kami berdua sudah pernah menikmati sepuas puasnya selama berada di Italia bersama adik kami Margaretha dan suaminya Sandro. Karena itu menengok harga di Australia selangit,maka mendadak selera saya menurun dan tidak jadi beli. Siapa tahu tahun depan,covid berlalu ,kami bisa kesana lagi dan makan gratis sepuas puasnya hehehe

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun