Menulis Itu Seperti Olahraga Jalan KakiÂ
Kalau boleh dianalogikan menulis itu Ibarat olahraga jalan kaki, maka setiap pagi orang menyediakan waktunya setidaknya 2 jam . Hal ini berlangsung setiap hari ,bukan sekali sekali. Kalau hanya sekali sekali jalan kaki kepantai itu namanya wisata,bukan olahraga. Olahraga bisa dilakukan pagi hari ataupun sore, tidak menjadi masalah . Sambil jalan kaki ,setiap berpapasan dengan sesama Pejalan kaki, biasanya terjadi saling menyapa
Tetapi tidak selalu harapan ini menjadi kenyataan. Ada kalanya berpapasan dengan sesama pejalan kaki yang merasa dirinya lebih tinggi selevel ,sehingga saat kita mengucapkan Selamat Pagi ,sama sekali tidak ada respon .Nah  tentu hal ini menimbulkan perasaan kurang nyaman dalam diri kita,karena sapaan kita tidak dijawab . Tetapi karena tujuan kita olahraga pagi adalah demi untuk kesehatan diri lahir batin,maka hal tersebut tidak akan menghentikan langkah kita untuk tetap melanjutkan tradisi olahraga  jalan kaki dipag hari ini.
Seperti misalnya,pada hari ini kami mampu menempuh 3 stage ,pulang pergi dari tempat kendaraan di parkir,tapi kalau dimusim panas ,kami hanya mampu menempuh perjalanan hingga 2 stage  pulang pergi. Yang dimaksudkan dengan :"stage " disini adalah jarak antara satu perhentian dengan perhentian berikutnya yang berjarak lebih kurang 1 kilometer.Dan pada setiap"stage" disediakan bangku dari besi,hingga para penjalan kaki dapat beristirahat satu dua menit,sebelum melanjutkan lagi perjalanan.Kami berdua melalkukan hal ini secara konsisten sejak awal tinggal di Burns Beach ,karena bagi kami berdua olahraga jalan kaki adalah demi untuk kebutuhan kami berdua
Kilas Balik Dalam Dunia Tulis Menulis
Seperti yang sudah pernah saya tuliskan,ada beragam gaya dan cara setiap orang dalam menuangkan idenya melalui tulisan di Kompasiana. Ada yang menulis dengan gaya :"suka suka gue dong" dan ada juga yang menulis dengan gaya gelembung sabun,melambung tinggi dan sesaat kemudian saat gelembung tersentuh sesuatu,lalu pecah dan terhenti hingga disana. Tapi itulah namanya romantika dalam dunia tulis menulis.Â
Ada pula gaya menulis yang tampil berbeda,yakni saat tulisannya masuk ke kolom Utama atau Headline,maka demi untuk mengabadikan moment berbahagia tersebut ,berhenti menulis. Sehingga tulisan headline tersebut menjadi tulisan yang abadi di Kompasiana. Tapi ada juga yang berbuat sebaliknya,begitu tulisannya tidak dilabel,terus ngambek dan berhenti menulis selama lamanya,sebagai bentuk protes. Â Tapi kita hanya sebagai penonton yang hanya boleh berkomentar,tapi tidak boleh ikut mengatur ngatur pemain. Namanya hidup di era demokrasi ,maka setiap orang berhak,menentukan,kapan dirinya mau menulis dan kapan mau istirahat sambil ngopi ,tapi ada juga yang berhenti menulis untuk jangka waktu yang belum ditentukan
Kembali Kejudul
Jalan dan cara terbaik agar dapat menulis secara konsisten sesungguhnya sangat sederhana dan tidak memerlukan teori yang muluk muluk. Yakni mengubah makna "menulis sebagai hobi" menjadi:" menulis adalah kebutuhan jiwa " Cuma itu ? Benar ,hanya itu, Karena kalau sudah menempatkan dunia tulis menulis sebagai sebuah kebutuhan jiwa,maka apapun halangan yang dihadapi ,tidak akan menghentikan langkah kita untuk menulis .
Hal ini akan menjadi motivasi dalam diri untuk tidak pernah berhenti menulis.Dan secara pribadi,saya sudah membuktikannya selama hampir sembilan tahun.Menulis secara konsisten ,sekaligus merupakan latih diri alami bagi diri kita ,yang akan membawa dampak positif dalam ruang kehidupan lainnya. Â Konsisten dapat dimaknai ,secara sadar dan penuh rasa tanggung jawab menulis setiap hari.Â
Sibuk? Setiap orang  mengaku "sibuk" sebagai salah satu alasan pembenaran diri dan semuanya tentu terpulang kepada diri masing masing Mau menjadi Penulis yang Konsisten,maka inilah resepnya. Tapi kalau mau menulis dengan gaya :"Coca Cola" ,yakni muncul menulis dengan semangat coca cola,sehari menulis 15 artikel,tapi selang seminggu menguap dan lenyap . Kalaupun ada Penulis semacam ini, juga tidak ada yang melarang . Pilihan ada di tangan kita masing masing,
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H