Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rendah Hati Kunci Membuka Hati Setiap Orang

8 Juni 2021   17:57 Diperbarui: 8 Juni 2021   18:12 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: https://characterandleadership.com/11679-2/

Rendah Diri Ibarat Membangun Penjara Bagi Diri Sendiri

Rendah hati adalah kunci yang mampu membuka pintu hari semua orang. Ini bukan hasil imaginasi  ataupun mengutip sana sini,melainkan hasil penjajakan dari perjalanan hidup kami.  Sebagai "Pemegang KTP double minoritas" saya tidak pernah merasa rendah diri.,karena memahami bahwa orang yang rendah diri,seakan menempatkan dirinya dalam peti mati dan dikunci. Ia melakukan isolasi mandiri,tanpa sebab yang jelas,karena merasa rendah diri dan merasa gamang saat berada di luar zona keamanan dan kenyamanan. 

Kami bersyukur sudah melalui semuanya dengan selamat. Bayangkan sebagai "Pemegang KTP double Minoritas"saya berhasil mengajar di daerah yang kental dengan adat istiadat dan agamanya,yakni kampung halaman saya sendiri. Bahkan satu satunya buku tentang Reiki yang mendapatkan referensi tertulis dari Ketua MUI Sumbar pada waktu itu Prof. DR. Nasroen Harun ,adalah buku karya tulis saya. Referensi yang menyatakan bahwa konten buku dan materi pelajaran yang saya sampaikan dalam lokakarya ,sama sekali tidak bertentangan dengan agama Islam .

Belum lagi lokakarya yang saya pimpin,ikut serta Prof Ahmad Fauzi ,yang pada waktu itu masih aktif sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat.Dan beliau ikut serta sebagai salah satu perserta dan ikut membayar 1 juta rupiah.   Dan wali kota Bukittinggi khusus datang ke Padang untuk ikut merayakan ultah saya. Masih ada lagi ,undangan dari Bupati Sawah Lunto Sijujung ,untuk menyelengarakan lokakarya di aula kantor Bupati. Bahkan beliau mengatakan :"Saya sudah menginstruksikan kepada semua jajaran saya dan juga jajaran di Pukesmas,untuk ikut belajar.  Di Yogyakarta,saya dan isteri diundang ke Kekeraton. Dan Menkes RI pada waktu itu Dr.Siti Fadilah Supari mengundang kami mengadakan lokakarya khusus bagi para dokter di Gedung Kesehatan di lantai III di Kuningan pada waktu itu.

Rasanya cukup alasan untuk membanggakan diri ya? Tapi saya sadar diri,bahwa bergaul dengan orang penting ,tidak secara serta merta mengangkat derajat diri kita ikut ikutan jadi orang penting. Karena semuanya hanyalah bersifat sementara ,bila masanya sudah berlalu,maka saya tidak lagi akan diingat orang. Karena itu,saya selalu mengingatkan diri sendiri agar tahu diri 

Tetaplah Rendah Hati

Bila kita beruntung mendapatkan berbagai fasilitas dan kehormatan,maka cukup disyukuri saja,tanpa menghadirkan rasa angkuh dalam diri kita,Karena semuanya hanyalah sebuah kebanggaan sementara. Pada waktunya,semua orang harus turun panggung . Hal ini sangat penting bagi kita untuk membangun karakter mandiri.agar jangan sampai terjebak akan kesombongan.

Sebagai contoh aktual lainnya,pernah saya dan isteri serta puluhan Kompasianer lainnya,mendapatkan kesempatan untuk makan bersama Presiden RI pak Joko Widodo. Nah,saya ingatkan diri sendiri,bahwa :"Bukan saya atau kami yang diundang pak Jokowi,tapi Kompasiana sebagai sebuah institusi. dan Kompasiana memberikan kesempatan kepada kami untuk hadir dalam acara makan siang di istana negara.  Apalagi saat itu,saya duduk semeja dengan pak Jokowi dan sempat berbicara selama beberapa menit ,hanya dalam jarak sekitar 15 centimeter. Tapi hal ini bukanlah berarti saya orang penting,sehingga di persilakan duduk semeja dengan pak Jokowi. Alasan sesungguhnya adalah Pak Pepih Nugraha ,mas Isjet dan Mas Nurul. yang menempatkan saya duduk semeja dengan pak Jokowi" Dengan demikian,kita letakan segala sesuatu sesuai porsinya .Jangan lantas posting di facebook,:"Saya diundang makan siang di istana bersama pak Jokowi"wuiih malu dong sama anak cucu,ngaku ngaku diundang Presiden Padahal yang mengundang adalah Kompasiana

Sebaliknya, jangan pula sampai kita merasa rendah diri berhadapan dengan siapapun. Adalah sangat wajar bila kita menghargai orang lain siappun dia dan mungkin secara khusus bila kita berhadapan dengan seorang pimpinan atau pejabat ,serta orang yang dituakan. Tetapi jangan sampai kita mengalami minder atau rendah diri .Karena bila hal ini dibiarkan menguasai diri kita,maka secara tanpa sadar kita telah mengunci diri sendiri dalam pernjara yang kita ciptakan,dengan membiarkan perasaan rendah diri bersemi dalam diri kita. 

Berhadapan dengan orang penting atau bahkan pejabat setingkat menteri dan presiden,kita tidak usah keder ,sehingga sampai merunduk runduk. Tetaplah bersikap menghargai dan menghormati,tapi jangan sampai kita kehilangan harga diri ,karena sampai membungkuk bungkuk didepan seorang pejabat,setinggi apapun kedudukannya

Semoga tulisan kecil ini ada manfaatnya

Tjiptadinata Effendi


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun