Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengolah Rasa Menjadi Karya Tulis (Lanjutan)

27 Mei 2021   23:29 Diperbarui: 27 Mei 2021   23:32 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Kecewa Tidak Dapat Memotret Super Blood Moon

Kemarin tanggal 26 Mei 2021 kami dapat info dari teman teman sesama orang Indonesia yang tinggal di Perth bahwa pada jam 07.00 malam ada kesempatan untuk memotret munculnya Super Blood Moon yang konon merupakan Blood Moon terakhir di tahun 2021 ini. Ada beberapa lokasi yang disebutkan sebagai lokasi terbaik untuk dapat menyaksikan munculnya Blood Moon ini. 

Pada dafar urutan, Kings Park menempati urutan pertama yang merupakan lokasi yang disarankan. Maka ketika hal ini saya sampaikan kepada isteri langsung setuju  untuk kesana. Maka dengan mengendarai mobil Nissan X Trail, saya dan isteri meluncur ke Kings Park. 

Ternyata disana seluruh tempat parkir penuh. Rupanya orang lain lebih awal tiba dibandingkan kami, padahal jam menunjukkan baru pukul 6.30. Karena itu saya berkeliling mencari tempat parkir yang kosong dan beruntung tidak jauh dari sana masih ada satu tempat yang kosong. Maka saya parkir disana dan karena masih ada waktu setengah jam lagi dari jam yang disebutkan kendaraan saya parkir dan kaca jendela saya buka. Ternyata udara diluar lumayan dingin. 

Saya melihat ke Hp, temperatur 9 derajat Celcius. Lumayan dingin untuk ukuran kami sebagai orang Indonesia. Sambil duduk, isteri saya mengeluarkan makanan kecil dan termos berisi kopi. 

Kami duduk dalam kendaraan sambil menikmati makanan kecil dan mereguk Capucinno hangat. Hal yang sangat biasa dan tidak ada yang istimewa, tapi bagi kami berdua sudah menghadirkan rasa syukur yang luar biasa. Karena kami mendapatkan kesempatan menikmati udara segar sambil menikmati kehangatan Capucinno

Udara Gelap dan Hujanpun Turun

Tiba tiba cuaca mendadak menjadi semakin gelap dan hujan mulai turun. Walaupun tidak lebat tapi angin yang bertiup melayangkan butir butiran air hujan masuk kedalam kendaraan sehingga terasa sangat dingin. Maka saya tutup jendela dan menyalakan kembali kendaraan,agar jangan sampai kami merasa sesak nafas karena kekurangan oxigen.

Hampir setengah jam kami menunggu, tapi sama sekali tidak tampak adanya bulan. Kendaraan yang tadinya memenuhi seluruh lapangan parkir mulai meninggalkan lokasi. Maka kami juga mulai meninggalkan lokasi dan menuju  ke rumah.

Memang ada rasa sedikit kecewa karena merasa waktu menunggu menjadi sia sia karena apa yang diharapkan tidak terjadi. Tapi agar jangan sampai larut dalam rasa kecewa, maka sambil mengemudikan kendaraan kami mendendangkan lagu :

Tanah airku tidak kulupakan

Kan ku kenang selama hidupku

Biarpun saya pergi jauh

Takkan hilang dari kalbu

Tanaku yang kucintai 

Engkau kubanggakan

Beginilah cara saya mengolah perasaan menjadi karya tulis, walaupun hasilnya merupakan artikel sangat sederhana Semoga cara dan gaya yang sangat sederhana ini ada manfaatnya

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun