Sudah Ranking 1 Ngapain  Menulis Juga ?
Rakus atau tamak adalah sifat yang tercela dan sangat memalukan. Hal ini bersifat universal, suku bangsa apapun di dunia ini tahu bahwa orang yang sifatnya rakus dan tamak tidak pantas untuk dihargai, siapapun adanya dirinya.Â
Bahasanya bisa beda bahkan antar daerah saja ada perbedaan kosa kata dalam mengungkapkan sifat jelek yang satu ini. Kalau di Kampung Halaman saya, rakus atau tamak disebut dengan kata "Cangok ". Misalnya, "Iyo sabana cangok waang .Hak urang  waang ambiek juo" (artinya:" Tamak benarlah kau,hak orang lain kau sikat juga).
Tetapi selama tidak merugikan orang lain, maka upaya dan kerja keras kita untuk meraih sesuatu tentu saja tidak ada masalahnya. Hal ini terpulang pada tujuan yang ingin di capai dalam hidup ini.
Kembali ke Judul
Dalam hal tulis menulis walaupun tidak persis sama,tetapi pada prinsipnya sama saja. Kalau target seorang penulis hanya sampai hasil karyanya diterbitkan maka begitu karya tulisnya dibukukan, maka semangatnya menurun dan akhirnya berhenti total. Sedangkan bagi yang lain, mungkin targetnya bukunya mencapai kategori "Best Seller' atau" Best Writer", maka begitu impiannya tercapai semangat menulis anjlok dan dalam waktu singkat tidak lagi akan menulis, atau menulis dengan prinsip "kapan kapan saja".
Nah begitulah jawabannya, mengapa saya masih terus menulis setiap hari padahal semua impian seorang penulis sudah didapat.Â
Buku buku dicetak oleh Penerbit mayor, yakni grup Gramedia bahkan termasuk dalam kategori National Best Seller.Â
Di Kompasiana, saya sudah pernah meraih Kompasianer of the Year 2014 bahkan sudah tiba diperingkat paling tinggi yang dapat dicapai oleh seorang Kompasianer, yakni Maestro. Masih belum cukup puas?Â
Tahun lalu di Kaledeskop Kompasiana 2020 , tertulis :" KAMU RANGKING 1"
Bersyukur Tapi Bukan Itu Tujuan Saya Menulis