Seluruh Anggota Keluarga Setia Sampai Ajal
Seperti yang sudah pernah saya tuliskan, dari ayah dan ibu yang sama terlahir 11 orang anak yang terdiri dari 9 orang laki laki dan 2 orang perempuan. Ayah kami awalnya adalah seorang Sopir Truk antar kota, yakni Padang - Payahkumbuh. Kemudian karena banyak terjadi perampokan selama diperjalanan, terutama di Bukit Tambun Tulang ,maka  ayah memilih menjadi Kusir Bendi agar lebih aman.Â
Membesarkan 11 orang anak dengan hasil dari Profesi sebagai Kusir Bendi, sudah dapat dibayangkan jauh dari mencukupi. Apalagi pada waktu itu, kakak saya yang sudah bekerja ,baru 3 orang dengan penghasilan yang sangat minim. Karena itu jangankan membelanjakan uang untuk membeli buku buku, untuk makan saja tidak mencukupi
Dirumah hanya ada satu buku cerita yang awalnya dibeli dari toko buku bekas oleh kakak saya. Dan kemudian secara  estafet buku ini pindah tangan ke kami adik adiknya. Sewaktu buku tersebut tiba ditangan saya masih dalam kondisi layak baca, karena selalu dijaga dengan sangat hati hati.Â
Pada waktu itu saya masih duduk di Sekolah Rakyat yang kini bernama Sekolah Dasar. Karena merupakan satu satunya buku yang ada dirumah kami, maka setiap kali ada waktu senggang sehabis membantu ibu di dapur dan jualan telur asin, saya mengulangi membaca buku tersebut.
Dan setiap kali membaca pasti mata saya basah, padahal saya bukan tipe anak laki laki yang cengeng. Pernah sewaktu main layangan, karena tidak memakai sandal, kaki saya  tertusuk besi paku dari telapak kaki hingga menembus kebagian atas . Saya cabut sendiri dan saya obati dengan menumbuk bawang merah dicampur sesendok gula pasir. Malamnya saya sempat demam tapi esok harinya tetap kesekolah
Kembali Ke JudulÂ
Waktu duduk di kelas 6 usia saya sekitar 13 tahun, jadi tahun 1956 berarti sudah 64 tahun lalu. Karena itu saya mencoba menulis sebisa bisanya. Pasti tidak mungkin saya tulis secara runut. Tapi yang penting intinya tersampaikan.
Ringkasan Cerita:
Engtay adalah seorang gadis muda dari  desa Shangyu yang merupakan  putri tunggal dari sebuah keluarga kaya. Karena di desanya belum ada sekolah tinggi ,lagi pula pada waktu itu,anak perempuan tidak dibenarkan mendapatkan pendidikan tinggi,maka gadis ini menyamar sebagai seorang laki-laki  Ia  pergi ke  kota besar yang bernama Hangzhou untuk melanjutkan pelajarannnya .Â
Diceritakan , dalam perjalanan Engtay  berkenalan dengan Sampek, yang berasal dari Kuayji.  Pada waktu itu sudah menjadi tradisi ,bila sebuah persahabatan ditingkatkan dengan  menjadi saudara angkat. Keduanya berlutut dan menghadap ke Langit sebagai ikrar bahwa keduanya akan selalau setia  .Setiap hari selalu bersama dan belajar bersama ,maka tak mengherankan bila gadis bernama  Engtay  ini  fall in love dengan Sampek.Tapi ia selalu berusaha menyembunyikan identitasnya ,karena bila ketahuan,maka ia akan dikeluarkan dari sekolah
Tiga tahun sudah berlalu
Tiga tahun kemudian, suatu waktu  Engtay menerima surat dari ayahnya yang memerintahkan agar  ia segera  pulang . Dan sebagai seorang anak,tentu saja gadis ini tidak bisa membantah.  Sebelum berangkat pulang,  Engthay  membuka rahasianya  lkepada istri kepala sekolahnya,yang sudah dianggapnya sebagai orang tua sendiri.  Engthay memberikan sebuah kalung dengan pesan,agar diberikan  kepada Sampek sebagai hadiah pertunangan.Â
Ternyata bak gayung bersambut, ternyata Sampek sangat senang dan berusaha menyusul Engthay hingga kerumah gadis ini. Tetapi setibanya di rumah Engthay,ternyata orang tua gadis ini tidak mau menikahkan putri semata wayangnya dengan seorang pelajar miskin seperti Sampek. Karena mereka sudah punya calon,seorang pria dari keluarga kaya raya Sampek  merasa sangat terpukul,karena kemiskinannya dijadikan alasan penolakan. Hatinya sangat terluka dan batuk darah ,hingga akhirnya meninggal dunia.
Keajaiban Itu Terjadi
Pada hari pernikahan Engtay, saat pengantin perempuan diarak untuk menuju ke rumah pengantin pria, ternyata sewaktu melalui makam Sampek,tetiba angin badai dan hujan lebat,hingga rombongan pengantin bercerai berai. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Engthay. Gadis ini berlari ke kuburan kekasihnya dan memanggil manggil nama Sampek. Tetiba kuburan terbelah dua dan Engthay berlari masuk kedalamnya.
Para pengiring pengantin hanya bisa menyaksikan dengan bengong. Sesaat kemudian kuburan menutup  kembali dan muncullah sepasang kupu kupu yang di yakini adalah re-incarnasi dari Sampek dan Engthay
Terinspirasi karena membaca buku ini terus menerus,maka dalam keluarga kami ,semuanya setia hingga meninggal. Â Ayah saya meninggal di usia 83 tahun dan ibu saya di usia 79 tahun. Ada 2 orang kakak saya meninggal dalam usia masih muda,tapi isteri mereka tidak pernah menikah lagi.Bahkan sudah mempersiapkan kuburan "Siankong" yakni bila kelak meninggal,akan dimakamkan dalam satu lubang dengan makam suaminya
Kesetiaan pasangan Sampek dan Engthay ini juga menginspirasi saya dan isteri,agar setia hingga akhir hayat dan kami bersyukur kepada Tuhan  sudah melalui 56 tahun usia pernikahan kami.
Tjiptadinata Effendi