Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluh Kesah Awal Keputusaan

5 Juli 2021   23:31 Diperbarui: 5 Juli 2021   23:37 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: haji.news.com

Sebagai Kepala Keluarga, seorang suami merasa bahwa dirinya adalah satu satunya yang menderita dalam rumah tangga mereka. Lupa bahwa isterinya juga pontang panting mempersiapkan segala sesuatu dari mulai masak, bersih lantai, mencuci, seterika pakaian ke pasar dan mempersiapkan segala kebutuhan suami dan anak anak.

Anak anak juga bukan hidup tanpa beban. Di sekolah, setiap hari mereka menyaksikan, waktu istirahat, teman teman sekelas dapat menikmati aneka ragam makanan dan minuman di kantin sekolah, tapi mereka hanya bisa menelan ludah karena tidak ada uang jajan yang diberikan. Karena tidak semua keluarga mampu membekali anak anaknya dengan uang saku setiap hari.

Membentuk Lingkaran Setan

Pola hidup semacam ini,secara tanpa sadar telah menciptakan semacam lingkaran setan. Karena pengalaman hidup berada dalam keluarga yang sarat dengan keluh kesah setiap hari telah menciptakan pribadi yang labil dalam diri anak anak. 

Kelak ketika mereka sendiri menjadi dewasa dan berumah tangga, maka lingkaran setan ini,akan kembali  bereinkarnasi dalam wajah yang berbeda tapi dengan irama yang sama

Mempersiapkan masa depan anak anak adalah tugas setiap orang tua. Karena itu tidak berlebihan ada peribahasa mengatakan :"Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya".

Karena pola hidup kedua orang tuanya akan terulang kembali dalam kehidupan anak anak. Karena itu, sebelum semuanya terlambat, maka sejak saat ini, perlu kita mengubah mindset kita,agar jangan mengisi hidup dengan keluh kesah.

Hal inilah yang kami terapkan kepada ketiga orang anak anak kami. Di usia 16 tahun, mereka sudah hidup terpisah dari kami,karena studi di negeri orang. Dan selama tinggal di luar negeri,tak sekalipun ada keluh kesah karena sebelum berangkat mental mereka sudah dipersiapkan.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun