Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Meniti Jalan Antara Nasib dan Takdir

8 Mei 2021   20:32 Diperbarui: 9 Mei 2021   04:23 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: http://www.differenceall.com/difference-between-fate-and-destiny/

Sebuah Ujian di Universitas Kehidupan

Apakah yang dimaksudkan dengan nasib dan apa pula yang dimaksudkan dengan takdir? Wuih, dengan lancar semua orang pasti akan mampu menguraikannya secara mendetail. Bahkan boleh jadi dilengkapi dengan ayat ayat dari berbagai kitab suci. Karena itu akan sia sialah bila saya mencoba menjelaskan apa yang dimaksudkan dengan nasib dan takdir,karena tak ubahnya bagaikan menggarami lautan.

Dalam kata :"meniti" yang  terangkum pada judul tulisan ini,sesungguhnya sudah tersirat gambaran,bahwa perjalanan hidup dengan meniti jembatan antara nasib dan takdir ,sungguh tidaklah mudah. Berbagai rintangan akan ditemui. Baik yang berasal dari dalam diri sendiri,maupun yang berasal dari faktor eksternal. 

Kesulitan dan hambatan yang akan ditemui dalam upaya lulus dalam ujian di Universitas Kehidupan ini,sungguh jauh lebih sulit dan rumit dibandingkan dengan ujian di universitas beken manapun di dunia ini

Hidup Hanya Sekali

Berbeda dengan ujian di Universitas manapun didunia ini,yang bila gagal pada ujian pertama,masih ada kesempatan untuk mengulangi lagi ujian pada kesempatan kedua. Tapi di Universitas Kehidupan ,ujian hanya satu kali saja dan kita harus bisa memastikan untuk lulus.karena hidup cuma satu kali saja. Tidak akan ada lagi pengulangan hidup untuk kedua kalinya. 

Salah satu syarat kelulusan adalah setiap orang harus lulus ujian P.H.D. - Poor Hungry Desperate  Hanya orang yang sudah berhasil lulus PHD dari Universitas Kehidupan,yang mampu membedakan mana yang nasib dan mana yang sesungguhnya merupakan takdir.Sehingga tidak gampang goyah menghadapi berbagai problema kehidupan,karena menyakini bahwa tidak akan ada keberhasilan yang dapat diperoleh dengan cuma cuma .Memahami bahwa dalam hidup yang sesungguhnya tidak jarang terjadi fatamorgana,sehingga seakan akan apa yang terjadi memang sudah ditakdirkan,padahal semuanya adalah nasib yang diciptakan oleh prilaku diri sendiri. 

Karena kalau takdir dimaknai sebagai kehendak Tuhan, maka siapapun tak akan dapat mengubahnya lagi, Karena sudah ditentukan. Misalnya: tak seorangpun di dunia ini dapat memilih, dalam keluarga mana ia akan dilahirkan dan dimana. Siapa yang bakal menjadi orang tuanya dan suku apa orang tuanya ?

Tapi bila akibat menganggur ,dirinya menjadi miskin,maka itu adalah akibat yang harus ditanggungnya . Nasib ada di tangan kita. ”My destiny is in my hands and your destiny is in your hands". Di dalam tangan setiap orang,tergenggam nasibnya dan keluarganya. Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang,bila yang bersangkutan tidak mau berupaya untuk mengubahnya  Setiap orang adalah pengambil keputusan untuk menentukan nasibnya dan diujung segala upayanya untuk mengubah nasib,maka disanalah ia akan menemukan takdirnya.

Hanya sebuah renungan menjelang tidur di akhir pekan

Penghujung musim gugur ,mei 2021

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun