Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menakar Kadar Derajat Tawakal Diri Sendiri

4 Mei 2021   22:20 Diperbarui: 4 Mei 2021   22:41 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan Menuju Kontemplasi Diri

Malam ini kembali saya bersyukur karena telah membaca tulisan pak Hendro Santoso yang dikemas dalam puisi yang indah. Sejujurnya saya tidak pandai menulis puisi, padahal saya dulu kuliah di jurusan bahasa Indonesia di IKIP Padang.  

Kalau dulu, sewaktu jatuh cinta pada seorang gadis yang bernama Helena wuih saya mendadak jadi pintar banget menulis puisi tentang cinta. Sehingga tiada hari tanpa puisi. Tapi setelah kami menikah, mendadak kemampuan saya menulis puisi menjadi sirna, Tapi tak apalah yang penting gadis yang bernama Helena ini sudah menjadi pendamping setia selama lebih dari 56 tahun, Bahkan membisikan kepada saya bahwa satu satunya laki laki yang dicintainya di dunia ini adalah diri saya. 

Kembali Kejudul

Wah, kalau berbicara tentang cinta saya jadi lupa diri. Hmmm Oya, tentang mengukur atau menakar derajat tawakal diri.. Apakah kata "tawakal" dapat dimakanai dengan "berusaha sekuat tenaga untuk mencapai target kita dan kata akhirnya adalah menyerahkan sepenuhnya ketangan Tuhan. Yang kalau dalam bahasa Inggris disebutkan "Do your best and lets God do the rest" 

Saya mencoba melalukan kontemplasi diri dalam upaya menakar sejauh mana derajat tawakal saya kepada Tuhan. Setiap malam sebelum tidur kami membiasakan diri berdoa "ya Tuhan, kami serahkan semua usaha dan kerja keras kami sepanjang hari ini kedalam tanganMu. Kami mohon kabulkanlah permohonan kami. Dan sebagai penutup kami sampaikan :Bukan maunya saya yang terjadi, tapi KehendakMu  yang terjadi"  Dan setelah itu kami tidur.. Apakah ini termasuk yang dinamakan "tawakal", saya masih dalam pencarian melalui perenungan diri

Tapi sejujurnya dalam hati kecil, perjalanan untuk mencapai kadar tawakal yang memadai bagi diri saya pribadi masih jauh panggang dari api Tidak jarang setelah berdoa:"Ya Tuhan segala upaya yang dapat dilakukan,sudah saya lakukan dan selanjutnya kuserahkan kedalam TanganMu" Tapi walaupun sudah berdoa demikian,perasaan cemas tentang ini dan itu,masih saja berlangsung . Hal ini membuktikan bahwa penyerahan diri saya kepada Tuhan,masih setengah hati.

Karena itu ,saya menilai kadar tawakal saya masih berada ditingkat paling rendah . Saya perlu belajar lebih banyak,untuk memahami arti dan makna berserah diri seutuhnya kepada Tuhan.

Hanya sebuah renungan diri menjelang tidur 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun