Mencoba Menulis Artikel Out of Box
Walaupun kedua istilah yang dijadikan judul artikel ini, ada kesamaan kata:"Cino" dan "rantau" ,tapi dalam hal maknanya,kedua kata ini masing masing memiliki alur dan jalurnya. Perantau Cino (Cina) adalah orang Cina yang dilahirkan di luar daratan Cina atau merantau keluar negeri dan tak pernah kembali lagi ketanah leluhurnya. Begitu juga anak anak keturunan dari para Perantau Cina ini ,kelak dikategorikan sebagai Perantau Cina.
Engkonco kami datang dari daratan Cina pada abad ke 18 dan menikah dengan puteri asli dari Pulau Nias. Kemudian keturunannya tinggal terpencar di Payahkumbuh ,Bukittinggi dan kota Padang dan tersebar diseluruh Nusantara . Bahkan kini,sudah tersebar diseluruh dunia. Contohnya,saya sebagai salah satu dari sekian ratus cucu buyut,tinggal di Australia. Anak kakak saya bersama keluarganya,tinggal di Amerika serikat.Kanana dan tersebar di berbagai negara di Eropa. Uniknya,tidak satupun diantara cucu buyutnya,yang tinggal di kampung halaman nenek moyang di negeri Cina Dan keturunan dari Engkongco kami ,rata rata tidak bisa berbahasa Mandarin. Bahkan sebagian menikah dengan orang Batak.Orang Jawa,Orang Sunda dan orang Minang .
Belakangan sejak Gus Dur menjadi Presiden RI ,maka istilah Perantau Cino (Cina) ini diperhalus menjadi ,"Tionghoa Perantauan" Â .Bahkan nama jalan di kota Padang,yang dulunya adalah :"Kampung Cina" di sesuaikan menjadi "Kampung Tionghoa"
Menghadapi Jalan Buntu
Berdasarkan prasasti yang ditulis di batu Bongpai (batu nisan) ,kami mencoba menelusuri ,silsilah keluarga,tapi mengalami jalan buntu,karena sebagian besar sudah meninggal dunia. Sehingga pencarian silsilah keluarga besar kami,mengalami jalan buntu.Â
Ada yang mengatakan bahwa salah satu buyut kami adalah wanita Minang Asli,tapi tidak ada bukti bukti yang mendukung,karena pada batu Nisan tidak ditemukan jawabannya. Kesimpulannya adalah "Perantau Cino " Â adalah orang Tionghoa yang lahir atau memiliki keturunan yang tinggal di luar negara Tiongkok.Â
Sebagian orang Tionghoa yang hidup di luar Tiongkok Daratan juga menganggap diri mereka sebagai Tionghoa Perantauan. Tionghoa perantauan mayoritas adalah etnis suku Han yang nenek moyangnya berasal dari daratan Cina,tapi tidak pernah lagi pulang ketanah leluhurnya.Â
Diri saya sendiri,dikategorikan sebagai Tionghoa Perantauan ,sama halnya dengan sekitar hampir 3 juta orang Tionghoa Perantauan lainnya. Yang sebagian besar sudah tidak bisa lagi berbahasa Mandarin.Kecuali yang lahir di kepulauan Riau ,Medan ,Pontianak dan Singkawang,masih fasih berbahasa Mandarin. Perantau Tionghoa yang kemampuan berbahasa Mandarinnya, dapat dikatakan Zero adalah yang lahir di Sumatera Barat,termasuk diri saya sendiri Karena sejak masih kecil,dirumah kami menggunakan bahasa PadangÂ
Meratau Cino
Merantau Cino disematkan kepada orang Minang yang merantau ke daerah lain ataupun ke negara lain dan kemudian tidak pernah pulang lagi ke kampung halamannya.Â
Karena hal ini ,sama halnya dengan orang Cina yang merantau dari negerinya dan tidak pernah pulang lagi,maka terciptalah istilah "Merantau Cino" bagi masyarakat Minangkabau .Walaupun mengusung kosa kata :"Cino" tapi sama sekali tidak ada kaitannya dengan Sara ataupun nada melecehkan.Melainkan semata mata ada kesamaan ,yakni:"Merantau dan tidak pernah kembali lagi"
Ada berbagai alasan orang Minang merantau Cino,antara lain:
- gagal dirantau orang,sehingga malu pulang kampung
- menikah dengan orang bukan sesuku ,sehingga merasa risih untuk pulang kampung
- merantau dan menikah ,serta pindah agama
- merantau dan kemudian kedua orang tua sudah meninggal,sehingga tidak ada lagi daya tarik untuk pulang kampung
- dan seterusnya
Diantara begitu banyak alasan mengapa orang Minang yang Merantau Cino,adalah karena kedua orang tua sudah meninggal . Dan rumah orang tua sudah beralih ketangan orang lain,yang bukan merupakan keluarga inti,sehingga tidak merasakan adanya :"home sick" yang memiliki daya tarik untuk orang pulang kampung.
Catatan Tambahan
Tulisan ini bukanlah hasil kajian ilmiah ,melainkan semata mata menceritakan opini pribadi. Saya sendiri terlahir di Padang ,pada era Dai Nippon,tapi saya tidak termasuk "Urang Minang" melainkan "Urang Padang". Karena ada penegasan:' Jangan pernah mengaku sebagai orang Minang,kalau bukan beragama Islam".
Dan saya menghormati keputusan ini dan tidak pernah sekali jua menyebut diri sebagai Urang Minang,melainkan "Urang Padang" Kesimpulannya:"Perantau Cino" memiliki arti dan makna yang berbeda dari "Merantau Cino"
Karena Engkongco kami bermarga :"Tjoa" maka saya juga terlahir dengan marga "Tjoa" .Tapi di era Suharto,semua nama yang berbau "Cina" diwajibkan untuk di "Indonesiakan" ,maka kalau sewaktu lahir,saya diberi nama oleh orang tua,tapi setelah dewasa dan diwajibkan,saya mencari nama untuk diri sendiriÂ
Tjiptadinata Effendi
Lahir di Kota Padang,21 Mei 1943/ orang tua lahir di Payahkumbuh,tahun 1900Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H