Keluar Dari Zona Nyaman dan Aman
Sudah tidak terhitung banyaknya teman teman sesama orang Indonesia yang begitu ketemu di Australia, maka keluhan pertama adalah, "Bosan dan tidak tahu mau ke mana?" Akibatnya, baru seminggu dua minggu tinggal bersama keluarga anaknya, terus minta dipulangkan. Akibatnya, bukan hanya dirinya yang kecewa, karena jauh  jauh datang dari Indonesia, ternyata selama di Australia harus duduk di rumah sepanjang hari karena tidak tahu mau ke mana. Hal ini disebabkan, rata rata pasangan muda di sini, suami dan isteri bekerja, sedangkan anak anak di sekolah hingga sore hari.
Akibatnya, Opa dan Oma yang datang berkunjung harus mampu mengurus diri sendiri. Tapi karena pikiran sudah tertutup dengan kalimat, "Tidak tahu mau ke mana?" maka akibat belenggu yang tak kasat mata ini menghadirkan kejenuhan dan akhirnya pulang dengan kecewa dan sekaligus mengecewakan anak anak yang berharap agar orang tua bisa tinggal sebulan dua bulan bersama mereka.
Patahkan Apapun Yang Membelenggu Diri
Kalau kami tetap bersikukuh mau hidup gaya Kakek Nenek tempo doeloe, maka dijamin dalam tempo dan waktu sesingkat singkatnya kami sudah pulang kampung. Tapi karena kami berdua adalah tipe "Opa Oma milenial ", maka sejak awal tinggal, kami sudah memutuskan semua belenggu tak kasat mata dan bergaul dengan siapa saja.Â
Sebagai orang Indonesia, mungkin kami berdua paling banyak bergaul dengan  warga lokal, masuk Club Senior dan ikut berbagai kegiatan sosial, tentu tanpa meninggalkan kesempatan bersahabat dengan sesama orang Indonesia. Karena itu, tiada hari untuk duduk bermenung atau duduk di kursi goyang bagi kami berdua, karena ada begitu banyak kesempatan untuk bergaul.
Setiap kali ada undangan dari KJRI, kami pasti hadir dalam berbagai kegiatan. Dan setiap kali ada festival yang melihatkan koumunitas orang Indonesia, kami pasti hadir .
Karena itu, tanpa terasa kami sudah melalui belasan tahun tinggal di negeri orang, tanpa merasa bosan dan jenuh. Siapapun adanya diri kita, mustanhil kita dapat mengubah keadaan. Maka yang dapat dilakukan adalah mengubah sikap mental kita bahwa satu satunya jalan agar diri kita dapat diterima oleh semua kalangan adalah bergaul dan berbaur dengan mereka. Tentu saja bukan berarti bergaul dengan komunitas yang dapat menghancurkan hidup kita, seperti misalnya kami tidak pernah ikut kegiatan yang bersifat hura hura, mabuk mabukan dan hal hal yang berbau negatif
Dengan memutus belenggu diri, maka kami dapat menikmati hidup damai di negeri orang, karena semua orang adalah sahabat kami. Kuncinya adalah jangan pernah menempatkan diri kita terlalu tinggi dan jangan pula rendah diri.Â
Jangan hanya mau bergaul dengan orang Indonesia saja, tapi juga dengan warga lokal lainnya. Walaupun jelas banyak perbedaan antara kita sebagai orang Indonesia dan orang Australia, tidaklah menjadi masalah. Karena menerima perbedaan bukanlah berarti kita kehilangan prinsip hidup sebagai orang Indonesia
Catatan: semua foto adalah dokumentasi pribadi
Tjiptadinata Effendi
Lihat Lyfe Selengkapnya