Padahal Mungkin Kita Sudah Ingkari 300 KaliÂ
Tadi pagi kami memilih mengikuti Prosesi Perjalanan Salib di Gereja St.Peter yang lokasinya hanya berjarak lebih kurang 10 menit berkendaraan dari kediaman kami di Burns Beach.Â
Biasanya kami hadiri Misa di Gereja Redemptorist yang lokasinya di Vincent Street yang lumayan jauh dari kediaman kami, yakni lebih kurang 40 kilometer atau sekitar 40 menit berkendara. Tapi saran isteri lebih baik kita mengunjungi satu demi satu gereja Katolik di Western  Australia ini agar ada kesempatan kita mengenal orang semakin banyak.Â
Awalnya kami memilih ke Gereja Redemptorist karena ada Pastor Sam Kono asal dari NTT yang bertugas disana. Sehingga usai Misa kami ada kesempatan ngobrol dengan Pastor orang indonesia. Tapi ternyata Pastor Sam pindah tugas ke Melbourne dan penggantinya Pastor Timothius tampak selalu sibuk sehingga kami jarang bisa bertemu.
Ke gereja memang untuk berdoa dimanapun gerejanya berada, tapi tidak ada salahnya bila kami merasa lebih "enak" menghadiri Misa bila dipimpin oleh Pastor asal Indonesia, sehingga usai Misa ada kesempatan kami ngobrol sana sini
Kembali Kejudul
Sejak lockdown sudah dibuka, setiap orang sudah bebas ke gereja tapi tetap memberlakukan Protokol kesehatan. Sebelum masuk, setiap orang harus melakukan Scanning QR code dan kemudian duduk dengan tetap menjaga jarak.Â
Prosesi perjalanan salib semua yang hadir berdiri selama prosesi berlangsung. Tidak ada kotbah dan tidak ada acara menyambut komuni. Sebagai gantinya ada lembaran kertas yang berisi ajakan untuk contemplasi secara pribadi merenungkan kesengsaraan Yesus demi untuk menyelamatkan kita semua.
Yang menarik adalah renungan tentang Petrus menyangkal Yesus sebanyak 3 kali. Yang entah sadar atau tidak menyebabkan kita semua geleng geleng kepala dan berkata dalam hati "Kok tega banget ya, Petrus menyangkal ,orang yang dipangginya dengan sebutan "Guru".Â
Kita lupa bahwa mungkin saja kita sudah mengingkari Yesus bukan hanya 3 kali, tapi mungkin ratusan kali selama perjalanan hidup kita. Sebuah renungan diri yang sangat mengena khusus bagi saya pribadi.Â
Betapa kita mampu melotot menyaksikan kekurangan orang lain, tapi lupa bahwa apa yang kita lakukan jauh lebih buruk ketimbang kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.Â
Seperti kata peribahasa "Semut diseberang lautan tampak, sedangkan gajah dipelupuk mata tidak tampak." Saya sungguh malu pada diri sendiri dan tentunya malu pada Tuhan karena selama ini saya merasa diri saya adalah orang baik baik,padahal dengan perilaku saya mungkin banyak orang yang terluka hatinya
Hanya berbagi sebuah renungan pribadi di hari Jumat Agung
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H