Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berapa Kali Kita Harus Mengambil Keputusan dalam Sehari?

14 Maret 2021   18:26 Diperbarui: 14 Maret 2021   18:56 1784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi/konsistensi dimulai dari langkah pertama

Hal yang Jarang Terpikirkan Oleh Kita

Saya sudah pernah mencoba bertanya kepada beberapa orang teman teman dari berbagai suku bangsa dengan pertanyaan yang sama, yakni: "Dalam sehari, berapa kali kita harus mengambil keputusan?"

Jawabannya? Rata-rata yang ditanya ketawa ngakak karena mengira saya lagi bercanda. Padahal, hal yang tampak sepele ini menentukan jalan hidup kita di masa depan.

Perlunya Disiplin Diri Sejak Dari Awal

Disiplin diri tidak dapat terbentuk secara tiba-tiba melainkan butuh latih diri, sehingga menjadi bagian dari hidup kita. Karena tanpa adanya disiplin diri yang mantap, maka terbentuklah kebiasaan jelek atau dikenal dengan istilah "Bad Habits" yang bila sudah terlanjur mendarah daging sangat sulit untuk dapat diperbaiki lagi. 

Bagi yang sudah terbiasa disiplin diri, maka mengambil sebuah keputusan tidak lagi menjadi masalah bagi dirinya. Ia tidak butuh waktu untuk berpikir-pikir karena sesungguhnya keputusan sudah ada dalam dirinya. 

Mari kita coba menghitung. Dalam sehari, berapa kali kita dihadapkan pada situasi yang mengharuskan kita mengambil sebuah keputusan?

Dari mulai bangun pagi. Alarm disetel jam 05.00 pagi. Tapi begitu alarm berbunyi untuk mengingatkan kita akan janji pada diri sendiri, ada saja alasan sehingga alarm di-off-kan dan kita melanjutkan tidur.

Begitu bangun, kita dihadapkan pada pilihan, yakni untuk berdoa sesaat sebagai ungkapan rasa syukur bahwa kita masih hidup atau terus bangun. Setelah itu lagi lagi kita dihadapkan pada pilihan, langsung mandi atau malah duduk bermalas-malasan sambil nonton tv?

Begitu selesai mandi, apakah kita memanfaatkan waktu yang ada sebelum berangkat kerja dengan melakukan komunikasi dengan anggota keluarga atau malahan sibuk sendiri dengan ponsel? 

Berangkat Kerja

Ketika mengemudikan kendaraan, apakah kendaraan roda dua atau roda empat.. kita dihadapkan pada pilihan, yakni mengemudikan kendaraan dengan tenang atau ingin menunjukkan kehebatan diri dengan cara mengebut di jalan raya yang berpotensial mencelakakan diri sendiri dan orang lain? 

Apa yang disebutkan di atas hanyalah sekedar sebagai contoh saja. Karena sesungguhnya, dalam sehari puluhan kali kita dituntut untuk mengambil keputusan yang tepat

Disiplin diri dalam mengambil keputusan keputusan kecil inilah yang membentuk kepribadian kita. Sebagai salah satu contoh aktual. menulis secara konsisten selama sembilan tahun,t idaklah semudah membalikkan telapak tangan. Karena dituntut ,disiplin diri yang tinggi.

Ada begitu banyak hal yang dapat dijadikan alasan untuk absen dari rutinitas menulis, salah satunya adalah "lagi tidak mood" atau "lagi miskin ide". Semuanya adalah urusan pribadi kita. Tidak ada orang yang berhak menanyakan, mengapa kemarin tidak menulis? Mau menulis secara kontinu atau menulis "kapan-kapan" lagi, itu semua adalah urusan pribadi kita.

Nah, keputusan ada ditangan kita masing-masing, mau menjadi orang yang mampu disiplin diri ataukah mau membiarkan hidup kita mengikuti air mengalir?

Jadilah master bagi diri sendiri yang menentukan apa yang ingin dilakukan untuk mengisi hidup. Dan jangan lupa, apa yang kita lakukan pada hari ini, kelak akan menjadi masa depan kita. 

Disiplin diri hendaknya dimaknai "Jangan tunda apa yang dapat dilakukan sekarang karena kesempatan tidak selalu menunggu kita untuk kedua kalinya." Orang yang tidak dapat mendisplinkan diri terhadap hal-hal kecil mustahil diharapkan akan disiplin dalam hal yang besar. "You are the decision maker of yourself".

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun