Sudah mencoba merangkak melalui batuan karang yang terjal dan tajam ,serta turun hingga ke lokasi perburuan,tapi batal karena putra kami bilang :"Papa ,jangan ikut pa.terlalu bahaya. Airnya dalam dan ombak besar" Â
Maka saya hanya bisa duduk menyaksikan ,walaupun sesungguhnya ingin ikut serta berburu Abalone. Bahkan kali keduanya,saya harus cukup puas duduk ditebing dan tidak turun kebawah,karena seluruh ruas jalan yang biasa ditapaki sudah tertutup dengan air dan disertai ombak yang besar.
Berarti harus parkir dua tiga ratus meteran dari lokasi.Maka untuk menghindari hal ini,kami selalu datang lebih awal.Teryata disana sudah ada puluhan kendaraan yang lebih dulu datang dari kami.Â
Tapi masih ada 3 atau 4 lagi tempat parkir yang kosong.Begitu kami parkir,dalam waktu hanya selang 2 menit,maka seluruh tempat parkir sudah terisi penuh. Sambil menunggu putra kami yang datang dari rumah yang berbeda,kami berdua duduk di dalam kendaraanÂ
Dan selang beberapa menit kemudian ,kami turun  dari kendaraan dan berjalan menuju ke tepi pantai. Beberapa menit kemudian putra kami Irmasnyah tampak datang dan kami langsung turun ke laut.Â
Syukur hari ini ombak tidak besar dan air tidak terlalu dalam. Ketika pluit berbunyi,semua mulai mencari abalone dan tentu saja saya sangat senang kali ini bisa ikut serta.Â
Pada saat air laut tenang,maka  harus secepatnya mencari yang mana Abalone ,mencongkel dengan obeng dan harus segera mengambilnya.
Bila ombak tiba,maka sia sialah usaha kita, karena Abalone yang sudah terlepas dari batu karang ,akan hanyut terbawa ombak. Kalau sudah ditangan,harus cepat diukur,dengan alat pengukur yang sudah disediakan ditangan.Bila tidak sesuai ukuran minimal.harus dilepaskan ,agar tidak didenda 200 dolar on the spot.