Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ngambek dengan Admin, Lalu Stop Menulis?

14 Februari 2021   19:16 Diperbarui: 15 Februari 2021   04:24 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya Akan Merugikan Diri Sendiri

Entah sudah berapa banyak contoh para penulis yang ngambek dan stop menulis. Penyebab ngambek bisa terjadi karena berbagai alasan. Antara lain:

  1. tulisan yang ditulis dengan susah payah ternyata tidak dilabel Admin
  2. tulisan yang dihasilkan setelah berkunjung ke lokasi wisata dengan mengeluarkan dana tidak sedikit, ee hanya di hl kan 
  3. orang lain yang belakangan bergabung sudah terverifikasi biru, tapi kog bisa bisanya diri kita dilewatkan?
  4. tulisan dihapus Admin dengan catatan "sesuai ketentuan yang berlaku dstnya", padahal merasa sudah mencantumkan sumber
  5. dan seterusnya dan seterusnya

Ini hanya merupakan contoh-contoh yang bersifat umum yang sering menjadi bahan perbincangan di WAG. Tentu saja ada lebih banyak lagi alasan lainnya, mengapa ada penulis yang tiba-tiba menghilang dan tidak pernah lagi menulis. Pasti ada "something wrong" yang harus dibenahi

Jangan Dijadikan Contoh

Apa yang terjadi di hadapan kita, tentu tidak luput dari perhatian dan pemikiran kita. Mengapa? Apakah pantas untuk ditiru? Nah,dalam hal ini prinsip awal ketika kita memilih bergabung dalam Rumah Kita Bersama ini,seharusnya menjadi pedoman untuk mengambil sebuah keputusan yang tepat.

Kalau ngambeknya sehari dua hari,ya wajarlah,namanya juga manusia.Ada kalanya jengkel,karena merasa hasil jerih payah kita tidak dihargai sebagaimana semestinya. Tapi kalau ngambek,terus berhenti menulis? Ya, kalau dianalogikan,mahasiswa yang ngambek dan sebagai bentuk protes,tidak lagi melanjutkan kuliahnya,siapa yang rugi?

Setiap orang berpikir,bahwa dirinya penting. Tapi itukan penilaian kita . Sedangkan dari sudut pandangan orang lain,kita tidak ada bedanya dengan penulis yang jumlahnya ribuan orang. 

Maka ketika satu orang ,karena ngambek terus berhenti menulis dan keluar,maka dalam waktu singkat sudah ada ratusan orang yang akan menggantikan kita. Dan dalam waktu singkat,diri kita akan dilupakan orang. Paling banter,satu dua orang sahabat dekat kita  akan berusah japri dan membujuk bujuk kita untuk mau menulis lagi.Tapi itupun sifatnya sementara. Sudah dibujuk bujuk,tetap tidak sadar diri,maka orang akan melupakan diri kita. 

Silakan diingat kembali,penulis yang kira kira hampir bersamaan waktunya menulis dengan kita,entah sudah berapa banyak yang tidak lagi menulis? Adakah yang peduli? Mungkin hanya satu dua orang saja ,yakni penulis yang selama ini akrab dengan diri kita.Selebihnya orang akan melupakan kita.hanya selang beberapa waktu

Ngambek Boleh, tapi Jangan Stop Menulis

Sejujurnya,saya juga pernah ngambek. Padahal menurut aturan mainnya,orang yang sudah seusia saya dan dianggap,bahkan diyakini sudah kenyang makan asam garam dan sambal balado kehidupan,serta sudah puas mereguk pahitnya empedu dalam dunia tulis menulis,seharusnya sudah terbebas dari urusan :"ngambek" .Tapi kalau fakta membuktikan,ya mau apalagi?

Sebagai manusia biasa,maka saya juga pernah mengalami rasa kecewa dan ngambek. Tapi bukan berarti saya langsung stop menulis,sebagai reaksi  atau unjuk rasa secara diam diam. Tetapi saya tetap menulis 

Karena saya menulis adalah demi kepentingan diri sendiri dan sekaligus mengaplikasikan hidup berbagi melalui tulisan saya.Kalau dibaca banyak orang tentu saja saya sangat senang,tapi kalau hanya dibaca oleh belasan orang,berarti saya harus belajar lebih banyak lagi bagaimana menulis yang lebih baik. Bahwa pencapaian Maestro ,bukanlah karena piawainya saya dalam hal tulis menulis,melainkan hanya karena saya konsisten menulis dari tahun ke tahun,tak lebih daripada itu. Kalaupun ada sahabat yang memberikan pujian kepada saya,hanya untuk menghargai usaha dan kerja keras Tegasnya, pencapaian saya hanya semata mata di bidang quantity ,tapi sama sekali bukan prestasi dibidang quality. Sadar diri akan hal ini,menjadi motivasi bagi saya untuk tidak ngambek dan stop menulis ,bila tulisan saya tidak dilirik Bukankah lebih baik melakukan introspeksi diri,ketimbang menyalahkan orang lain?

Apa yang baik menurut kita,belum tentu baik juga bagi orang lain

Salah satu hal yang paling mendasar adalah bahwa antara diri kita sebagai Penulis.tidak  sama sudut pandangnya dalam menilai sebuah artikel dengan Admin dan boleh jadi tidak selaras dengan selera pembaca. Akibatnya,tulisan yang sudah dipersiapkan secara sungguh sungguh ,ternyata tidak dilirik oleh pembaca.Sedangkan tulisan yang kita siapkan lewat Ponsel ,sambil duduk menunggu jemputan atau sambil menunggu pesanan makanan siap disajikan,eee ternyata di HL kan oleh Admin

Disinilah,kesadaran jiwa kita dituntut  ,bahwa kita harus mau mengerti dan memahami bahwa sudut pandang antara kita sebagai Penulis dan  sudut pandang Admin sebagai Pengelola Konten ,tidak selalu selaras .Apalagi dengan para Pembaca yang terdiri dari latar belakang yang heterogen

Hanya sebuah renungan ,sebagai sesama Penulis di Kompasiana ini

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun