Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Terlalu Banyak Teori, Menikahnya Kapan?

5 Februari 2021   14:15 Diperbarui: 5 Februari 2021   15:06 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pikir Itu Cahaya  Hati,Terlalu Banyak Berpikir Ketinggalan Kereta Api

Tulisan ini tentu saja tidak secara naif memotivasi ,apalagi sampai mendorong dorong orang menikah terburu buru. Karena kalau akibat terburu buru,orang jatuh terpeleset,siapa yang mau bertanggung jawab? Saya?  Ya jelas saya tidak siap menanggung beban hidup orang lain. Kalau diminta :"tanggung menjawab" saya siap. Karena menjawab itu semudah membalik telapak tangan .Pokoknya asal ngomong ,ya sudah selesai. Kalau salah ngomong gimana? Gampang,cuma tulis tiga huruf:"Saya mohon maaf" selesai masalahnya

Berbagi Pengalaman Hidup

Orang yang terlalu pintar dalam teori,biasanya dalam kehidupan pribadi,jauh panggang dari api. Maksudnya ,hidupnya tidak secemerlang saat ia menyampaikan pesan pesan tentang cinta dan kehidupan berkeluarga di atas pentas. Bahkan tidak jarang,sosok yang dijadikan panutan dan disanjung sanjung,karena begitu piawainya dalam memberi kuliah bagaimana seharusnya hidup berkeluarga itu,ternyata suatu waktu terbukti:"Pintar mengajarkan orang lain,tapi tidak mampu mengaplikasikan dalam kehidupan pribadinya

Ringkasan Perkenalan

Kami bertemu ,karena sama sama berada di satu sekolah,yakni SMA Don Bosco di kota Padang.Nama gadis itu Lina.   Tepatnya sewaktu acara Pekan Orientasi Siswa.Sejak saat itu hubungan kami semakin dekat. Saya dengan jujur menceritakan,bahwa saya berasal dari keluarga miskin. Hanya punya sepeda onthel. Saya jurusan A - jurusan bahasa,sedangkan Lina jurusan B- ilmu Pasti. Jadi dalam hal ini saja,kami sudah berbeda. Kemudian hobi juga berbeda. Saya hobi berburu dan memancing dan berkebun,sedangkan Lina hobi berenang dan jahit menjahit serta travelling. Nah,beda lagi .

Menghadapi  perbedaan ini,mundur? No,way ! .Kemudian mengenai prinsip,setelah menikah,kami sepakat untuk tidak membebani orang tua kedua belah pihak. Maka karena orang tua tidak mampu membiayai uang kuliah,lulus SMA saya langsung kerja di PT HANICO yang lokasinya di jalan Batang Arau. Setahun kemudian,isteri saya lulus SMA dan ikut berkerja bersama di perusahaan yang sama

Persiapan Pernikahan:

Mental

  1. mengetahui perbedaan karakter 
  2. beda hobi
  3. beda latar belakang keluarga
  4. beda jurusan
  5. siap untuk saling menerima semua perbedaan

Kami berdua sudah sepakat,bahwa setelah menikah,kami berdua harus siap saling menerima segala perbedaan

Persiapan Keuangan :

Persiapan keuangan kami,semata mata berasal dari gaji kami berdua selama 2 tahun ,yang kami tabungkan. Tidak ada warisan orang tua,dari kedua belah pihak.Dan kami berdua sudah sepakat,untuk tidak mengambil bagian apapun dari warisan orang tua. Seminggu setelah menikah,kami pindah ke Medan dan menumpang di rumah tante kami.

Disinilah kami baru menyadari ,bahwa cinta itu sangat menyenangkan,tapi tidak mengenyangkan. Kalau ada yang suka nonton Drakor dan mungkin meneteskan air mata,karena sedih. Saya yakin bila kehidupan kami berdua dikala menderita,difilmkan,maka tak ubahnya bagaikan film drama yang menyedihkan. Menjadi pedagang antar kota,Padang -Medan ,bolak balik setiap minggu,menyebabkan bobot tubuh saya terus merosot. 

Gagal berusaha sebagai Pedagang antar kota,uang ludes ,bahkan menyisakan utang pada tante kami. Untuk tidak membebani tante,kami bekerja di PT PIKANI  -Petumbak, deli serdang . Kami ditempatkan di perumahan buruh,yang hanya ada ruang untuk tidur. Untuk masak diluar rumah dan untjuk mandi,harus antri bangun jam 04.00 subuh setiap hari. "Kamar mandi" terbuat dari seng bekas dan hanya menutupi setengah badan. Jadi wanita yang mandi harus berjongkok. Kalau berdiri,maka akan jadi tontonan orang yang juga antri mau mandiDua kali diserang Malaria,karena pemondokan kami lokasi dipinggiran hutan. 

Pulang Kampung Karena Gagal Merantau'

Gagal dirantau orang,menyebabkan kami terpaksa pulang kampung dengan menahan malu. Pulang kampung,hidup kami tidak semakin membaik,melainkan semakin parah. Tiada hari tanpa air mata. Apalagi menyaksikan putra pertama kami,kurus pucat dan sakit sakitan,tapi tidak ada uang untuk berobat. Seluruh pakaian yang laku di jual,sudah diuangkan dipasar loak,bahkan cincin kawinpun sudah dijual. 

Sudah tidak ada lagi air mata,untuk menangis. Maka tangisan kami hanya Tuhan yang dapat melihat dan mendengarnya. 

7 Tahun Kemudian 

Setelah didera oleh penderitaan lahir batin dan menjadi bahan olok olokan orang,kami tetap berkerja keras dan berusaha untuk dapat mengubah nasib karena kami tahu,meratapi nasib tak akan mengubah apapun .Setiap malam,sebelum tidur,sambil berpelukan kami berdoa dari lubuk hati yang terdalam dan bersyukur,tujuh tahun kemudian Tuhan membukakan jalan  bagi kami untuk mengubah nasib .

Dalam menjalani penderitaan hidup,kami tidak pernah saling menyalahkan . Cinta itu memang tidak mengenyangkan,tapi menguatkan kami untuk mampu bertahan. 

Mahabesarlah Tuhan. Badai kehidupan itu akhirnya berlalu dan kami dapat menikmati hidup secara layak Putra kami yang dulu ikut hidup sengasara bersama kami tinggal di pasar kumuh,kini tinggal di Perth .Kelak ketika putra kedua dan putri kami lahir,kehidupan sudah berubah. Sewaktu putra pertama kami lahir,saya hanya mampu menyemput dengan bendi.tapi ketika putri kami lahir,saya menjemput dengan sedan Corolla 

Kami bersyukur kepada Tuhan, disayangi oleh anak anak ,mantu dan cucu cucu,serta mantu cucu. Saya tidak malu menceritakan,bahwa mulai ari tempat tinggal,kendaraan,Hp ,jaket dan sepatu ,bahkan jam tangan,semua dihadiahkan oleh anak anak kami. Saya tidak pernah membeli apapun. Mau apalagi kalau bukannya bersyukur?

Tjiptadinata Effendi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun