Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sumatera Barat Bukan Cuma "Tambuah Ciek" (Lanjutan)

4 Februari 2021   04:41 Diperbarui: 4 Februari 2021   04:54 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi/permandian alami yang airnya dari gunung

Provinsi Sumatera Barat Paling Istimewa

Sesuai dengan janji kemarin,maka hari ini perjalanan kita lanjutkan menuju ke Bukittinggi. Tapi sebelumnya kita singgah terlebih dulu di Kayu Tanam. 

Nggak usah kuatir mabuk di jalanan,jadi tidak perlu minum antimo atau antima karena yang nyopir saya yang sudah berpengalaman mengemudi sejak tahun 63.

Berarti sudah punya SIM sejak 57 tahun lalu (bangga.diri.com) Apalagi  selalu didampingi Asisten pribadi yang akan mengingatkan ,agar saya tidak ngebut.

Nah, benar kata saya kan? Sambil duduk terkantuk  kantuk menyaksikan keindahan panorama disepanjang perjalanan, ee tetiba kita sudah tiba di Kayu Tanam.

Menyaksikan Masdjid Nurul Ilmi yang merupakan kembaran  dengan Opera House, yang menjadi ikon Sydney, ibu kota New South Wales, Australia. Dan di dunia hanya ada satu satunya di Sumatera Barat.Mengapa membangun Masjid ini mirip dengan ikon kota Sydney? 

ket.foto: bersama Alkaf Dharman/dokumentasi pribadi
ket.foto: bersama Alkaf Dharman/dokumentasi pribadi
dokpri
dokpri
Tidak ada penjelasan tertulis di prasasti bangunan ini. Lokasinya berada dalam komplek sekolah I..N.S. – Institut Nasional Syafei, di Kayu Tanam, Sumatera Barat,bangunan ini tampak cukup mencolok. 

Dari kejauhan seakan terjadi penampakan gedung opera yang terkenal di dunia international.yang selama belasan tahun menjadi ikon kebanggaan bagi warga Sydney dan Australia.

dokpri
dokpri
Permandian Alam Murah Meriah

Setelah berfoto ria mengabadikan kunjungan kita di Masdjid Nurul Ilmi ini,maka kita melanjutkan perjalanan menuju ke Padang Panjang. Tapi sebelumnya, mungkin kita perlu istirahat sejenak,sambil ngopi di udara pegunungan yang mulai terasa sejuk ini. 

Pada waktu kami singgah beerapa tahun lalu,secangkir kopi plus sepotong pisang goreng hanya Rp.5.000. Rasanya tidak percaya,akan pendengaran sendiri. Karena kalau di Australia makan sepotong kue dan secangkir kopi,setidaknya 10 dolar atau setara 100 ribu rupiah.

Nah, sesekali  pulang kampuang,kelebihan uang minum kopi dan santap pisang goreng,ya dikasihkan sajalah pada yang melayani kita. Tengoklah betapa gembira hatinya dan berulang kali mengucapkan "Alhamdulilah..tarimo kasih yo Om..." Membuat orang gembira,bukankah suatu hal yang juga membuat hati kita senang? Nah, disana senang,disini senang,hanya dengan uang recehan yang kita ikhlaskan.

Yuk Kita Lanjutkan Perjalanan

Setelah puas mereguk keindahan alam disini dan merasakan sejuknya air gunung yang turun germercik,baikkah kita lanjutkan perjalanan menuji ke Bukittinggi.

Tapi sebelumnya karena jam sudah  menunjukan pukul 12.00 dan perut sudah mulai merengek rengek, maka perlu kita bujuk dengan makan Sate Mak Syukur.

Sambil menunggu sate siap disediakan, kita nikmati terlebih dulu "rakik kacang" dan "karupuak janget", serta "lapek bugi" nan tiada duanya di dunia. Nggak bisa berleha leha disini, karena banyak tamu yang menantikan diluar.

dokpri
dokpri
Menuju ke Bukittingi

Di Bukittinggi kalau masih terasa lapar,bisa singgah di Benteng Fort de Kock,karena ada Rumah Makan Famili disana,yang enak dan murah meriah. Sambil duduk menikmati makanan,mata kita juga dapat dimanjakan dengan memandang kota Bukittingi dari ketinggian. 

Dan tentunya jangan lupa berselfei ria di depan Jam Gadang, Karena sudah tiba di Jam Gadang,maka parkirlah kendaraan disana dan jalan kaki sambil berbelanja di Pasar Tradisional disini.

dokpri
dokpri
Berbelanja disini bebas tawar menawar dan para penjualnya sebagian besar adalah kaum wanita. Kalau yang masih muda,panggil saja:"Diak" dan kalau sudah seumuran kita atau lebih tua,dipanggil "Uni" untuk wanita dan "Uda "untuk pria. 

Jangan pernah gunakan kata :"Kalian atau Kau selama berada di kampung halaman saya. Karena hal itu dianggap sangat tidak sopan,walaupun diucapkan kepada orang yang lebih muda,kecuali kepada anak anak kecil. Disini peribahasa :"Dima bumi dipijak,disinen langik dijunjuang" sangat dipatuhi. 

dokpri
dokpri
Berkunjung ke Lobang Japang (Lubang Jepang)

Berkunjung ke Bukittinggi belum sah bila kita belum berkunjung ke Lobang Japang .Setiap kali mendengarkan kata :” Lubang Jepang” hampir dipastikan akan membawa alam pikiran kita terhadap sesuatu yang mengerikan.

Karena kisah kisah horror tentang kekejaman tentara Jepang dalam memperlakukan para romusha atau pekerja rodi untuk membangun bunker bunker guna keperluan pertahanan tentara Dai Nippon ini yang kendati terjadi sudah sejak lebih dari setengah abad lalu, namun bayangan ngeri tentang tragedi kemanusiaan, tetap saja masih terasa perih dihati. 

dokpri
dokpri
Kalau mau masuk kedalam terowongan,sebaiknya jangan sendirian.Biasanya ada guide disana yang akan menuntun dan memberikan penjelasan.

Lebih baik memanfaatkan jasa pramuwisata dan mengeluarkan dana sedikit,daripada mengambil resiko masuk kedalam terowongan yang mungkin akan menimbulkan rasa tidak nyaman secara psikologis

"Grand Canyon"van Sumatera/dok.pri
"Grand Canyon"van Sumatera/dok.pri
"Grand Canyon"van Sumatera/dok.pri
"Grand Canyon"van Sumatera/dok.pri
Menikmati  Indahnya Ngarai Sianok

Keluar dari Lubang Jepang, suasana hati memang rasanya gimana tuh. Syukurlah hanya sekitar 3 menit berkendaraan, kita dapat menghilangkan rasa ngeri tadi dengan memandang keindahan Ngarai Sianok sepuas puas hati memandang. Karena sudah mulai sore,maka daripada memaksa diri melanjutkan perjalanan,lebih baik kita istirahat dulu,sambil minum es kelapa muda dan menikmati makanan kecil khas Kampung Halaman saya,Ntar sore ,kita lanjutkan lagi perjalanan ya

Tjiptadinata Effendi

ket.tambahan: semua foto yang tampak,maupun yang tidak tampak,adalah dokumentasi pribadi kami berdua ya Min

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun