Selama belasan tahun,saya dan isteri menjelajahi lebih dari 130 kota di seluruh Nusantara dari Sabang hingga ke Merauke. Dari Jayapura hingga ke NTT dan seluruh wilayah Indonesia,hampir tidak ada yang terlewatkan kami singgahi. Bukan hanya sebatas datang dan pergi, tapi kami tinggal dan berbagi ilmu tentang tehnik terapi diri pada warga setempat.Â
Bukan hanya sebatas undangan yang bersifat pribadi, tapi mengumpulkan puluhan orang,yang sesungguhnya sama sekali tidak ada hubungan yang berkaitan dengan urusan financial ataupun keuntungan materi lainnya. Satu satunya alasan kami diundang adalah karena rasa kangen untuk bertemu dan berbincang bincang.
Kalimat sangat sederhana, tapi menyentuh hingga kerelung hati terdalam.Dirindukan oleh begitu banyak sahabat ,sungguh merupakan sebuah kebahagiaan tak ternilai.Â
Begitu juga sahabat dan kerabat kami di Padang, entah sudah berapa kali bertanya "Kapan Pulang kampuang?" Kalau mengikuti kata hati, hari ini juga kami ingin kembali ke kampung halaman agar dapat bertemu dengan sahabat dan kerabat kami. Tapi tidak semua keinginan hati dapat terwujud, sesuai harapan hati karena ada aturan yang perlu ditaati yakni masalah protokol kesehatan yang tidak mengizinkan kami keluar dari  Australia, sehubungan dengan beljum dibukanya International Border oleh Pemerintah Australia.
Belasan tahun lalu, kami saling kenal karena ada proses belajar mengajar dalam tehnik terapi diri dengan memanfaatkan energi alam yang dikenal dengan istilah Self Healing atau Self care melalui tekhnik Reiki Bahkan ibu Susi Sulastri SH kami kenal sejak di Purwokerto tahun 2000 berarti sudah dua puluh tahun berlalu. Tapi hingga kini hubungan persahabatan kami tetap langgeng bersama seluruh teman teman di Bandung dan di Padang.
Tidak ada lagi kepentingan belajar dan mengajar.Juga tidak ada kepentingan financial maupun non financial. Tapi karena hubungan persahabatan kami dijalin dengan setulus hati dan jauh dari sikap ke pura puraan, maka persahabatan dan hubungan kekeluargaan kami tak lapuk dek hujan dan tak lekang oleh panas,serta tidak tergerus oleh perjalanan waktu. Seperti tersirat dan tersurat dalam kalimat, "Kasih itu jangan pura pura"
Karena hubungan persahabatan yang dibangun berdasarkan kepentingan hanya mampu bertahan semusim. Begitu saling tidak lagi menguntungkan maka persahabatan kabur dan hilang lenyap ditelan waktu.Â
Kami bersyukur kepada Tuhan, kemanapun kami datang selalu disambut ,tidak hanya dengan tangan terbuka, tapi juga dengan hati terbuka. Persahabatan yang tulus bersifat universal dan berlaku dimana saja.
Semoga badai corona cepat berlalu dan kami dapat menjumpai seluruh sahabat kami yang berada di tanah air tercinta.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H