Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Atas Langit Masih Ada Langit

10 Januari 2021   05:06 Diperbarui: 10 Januari 2021   05:10 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pepatah Kuno Yang Tetap Relevan Sepanjang Masa

Salah satu pepatah yang  terkesan kuno dan usang adalah: "Di atas langit masih ada langit" .Tapi walaupun sudah kuno, tetap saja relevan sepanjang masa Merupakan alaram bagi kita semuanya.

Di dunia ini ada beragam sekolah tinggi, tapi tidak ada "Sekolah Kerendahan Hati", yang hanya dapat diperoleh dengan belajar di Universitas Kehidupan, yang merupakan universitas terbaik sepanjang masa. 

Semasa  hidup masih morat marit, hubungan baik terus terjaga,bukan hanya dengan anggota keluarga dan para tetangga,tapi juga dengan teman teman yang berada ditempat lain.

Tetapi ketika nasib mulai berubah dan meraih pencapaian,demi pencapaian, bukannya menyukuri semuanya,malah sebaliknya sering kali membuat orang lupa diri.

Tidak jarang menyadi penyebab retaknya hubungan antara sesama anggota keluarga dan teman teman .Apalagi bila menempati kedudukan yang terhormat atau menjadi pemilik dari sebuah perusahaan, jangankan teman jauh dan  tetangga ,malahan sanak keluarga juga sudah tidak lagi disapa. 

Merasa diri diatas angin,berada dalam posisi sebagai decission maker, bahkan mungkin memiliki kapasitas dalam menentukan hitam putihnya nasib  orang lain.

Sehingga merasa bahwa wewenang yang ada, kehebatan yang dimiliki,sudah menjadi abadi di dalam dirinya. Lupa diri dan menganggap orang lain tidak lagi penting, merasa tidak perlu lagi menghargai orang lain, karena merasa tidak lagi membutuhkan orang lain.

Kesombongan Adalah Jalan Menuju Kehancuran Diri

Semua orang sudah tahu dan memahami,bahwa di dunia ini,tidak ada jabatan yang abadi ,tapi karena sedang berada dalam posisi yang menentukan orang seringkali lupa diri.  Atau kita merasa kaya dan mampu membeli apa saja.sehingga merasa tidak lagi membutuhkan bantuan orang lain. Padahal diluar diri kita masih teramat banyak orang yang jauh lebih hebat dan lebih kaya dari diri kita. Jangan lupa, apa yang bagi kita begitu membanggakan,bagi orang lain,mungkin hanya uang recehan saja. 

Sehebat apapun karier kita, sepenting apapun kedudukan kita pada saat ini,atau sekaya apapun kita, syukurilah, tetapkan rendah hati.  Rendah hati,maka ibarat orang berjalan dijalan datar,bila suatu waktu ,entah karena apa,kita tergelincir dan terjatuh,maka secara serta merta bisa bangkit berdiri dan berjalan lagi. Tapi bila kita sudah menempatkan diri kita ditempat yang tinggi,karena kesombongan diri,adalah ibarat orang yang berjalan dipinggir tebing yang curam. Suatu waktu kita terjatuh,maka akan sulit bisa bangkit lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun