Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Bagaikan Ice Cream

18 Desember 2020   20:36 Diperbarui: 19 Desember 2020   03:38 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nikmatilah Sebelum Meleleh

Sepintas kedengarannya seperti kalimat humor. Tapi, jangan buru-buru menganggap judul tersebut sebuah lelucon atau humor. Cobalah renungkan barang beberapa detik, maka kita akan sadar diri, bahwa memang benar, hidup kita tak ubahnya bagaikan Ice Cream. Kalau hanya dibeli untuk dipegang pegang dan ditengok, maka sia-sialah kita memilikinya. Karena selang beberapa saat kemudian, ice cream akan meleleh dan tidak ada lagi yang dapat dinikmati.

Kita Hemat Akan Barang, Tapi Memboroskan Waktu 

Pada umumnya, kita sayang menyia-nyiakan barang milik kita. Bahkan tidak jarang, botol kosong pun kita simpan. Padahal entah untuk apa gunanya, kita juga belum tahu. Pakaian bekas yang masih bisa dipakai, walaupun sudah ditambal sulam di sana-sini, masih terus dipakai, karena sayang rasanya membuang barang-barang milik kita, padahal kalau dijual, harganya tak seberapa.

Tetapi anehnya, banyak orang yang membiarkan waktu yang sangat berharga terbuang secara sia-sia, dengan duduk bermenung di rumah ataupun sibuk dengan hal hal tak ada gunanya. Padahal waktu adalah karunia Tuhan tak ternilai dan tidak dapat diwariskan kepada siapapun. Seandainya waktu bisa dibeli,maka orang kaya akan membayar berapapun harganya,untuk dapat memperpanjang usianya . Tapi buktinya, orang yang kaya raya pun tidak dapat memperpanjang usianya,walaupun hanya sesaat ,bila  ijin tinggalnya di dunia sudah berakhir 

Hindari Kursi Goyang.

Zaman sudah berubah. Kalau dulu, orang tua menyaksikan anak-anaknya sudah mulai sukses, maka semangat hidupnya menjadi luntur dan mulai memanfaatkan kursi goyang. Karena prinsip hidup, "dulu orang tua yang membesarkan dan membiayai anak anak bersekolah, maka  saat orang tua sudah mulai menua, maka tiba waktunya bagi anak menunjukkan bhaktinya kepada orang tua."

Bahkan ada orang yang  baru berusia kepala 5 sudah memikirkan mau menikmati hidup di kursi goyang. Dan generasi muda yang menghabiskan waktu yang tidak ternilai ,hanya untuk main gim .Waktu yang seharusnya dimanfaatkan untuk mempersiapkan masa depan,ternyata oleh sebagian orang,hanya dihamburkan untuk hal hal tak berharga.

Alangkah eloknya,bila waktu yang ada dimanfaatkan untuk sesuatu yang dapat menjadikan hidup kita menjadi bermanfaat ,bukan hanya untuk diri sendiri,tapi juga untuk keluarga dan orang lain. Dan bila tiba di usia pensiun,mengapa harus dihabiskan dengan duduk bermenung di kursi  goyang?

Kalau masih kuat untuk menikmati hidup, mengapa tidak? Karena waktu adalah satu-satunya yang tidak dapat diwariskan kepada anak cucu. Seperti kata pribahasa, "lost time will never found again", waktu yang sudah berlalu tak akan pernah dapat diraih lagi. Karena itu, bila tiba masa pensiun dari pekerjaan,maka menjauhlah dari kursi goyang  Nikmatilah hidup kita dengan cara dan gaya yang bermanfaat .Jangan biarkan hidup kita bagaikan ice cream,yang meleleh tanpa dinikmati 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun