Jauh Dirantau Orang Baru Merasakan Betapa Berharganya Masakan Negeri Sendiri
Sewaktu masih tinggal di kampung halaman, masakan Padang begitu mudah didapatkan. Ada beragam restoran yang menyajikan bermacam macam masakan.
Kalau di Pondok ada Restoran Pagi Sore yang terkenal. Kemudian ada "Semalam Suntuk", Restoran "Bernama", Lapeh Salero dan Lamunan ombak. Tapi saking mudah mendapatkan masakan Padang, maka rasa menghargai masakan kampung halaman sendiri, secara tanpa sadar mulai meluntur.
Membayangkan dapat menikmati sarapan dengan roti keju, steak domba, barbeque, dan sebagainya. Tetapi setelah menetap di Australia, setiap hari malahan kangen masakan Padang. Karena itu, kami jarang makan di restoran karena di samping harganya selangit, selera masakan "bule" dan selera kami orang Padang memang beda banget.
Tapi walaupun isteri saya setiap hari memasak masakan Padang, tetapi ada masakan yang tidak ada bahannya, yakni pucuk ubi kayu dan sayur nangka. Karena itu selama tinggal di Australia, kami sudah mencoba mencicipi aneka ragam masakan restoran Indonesia yang harganya aduhai, tapi tidak pernah menemukan "gulai cubadak" (nangka) dan "pucuk ubi".
Bahkan tidak jarang, demi mendapatkan masakan idaman saya rela mengemudikan kendaraan selama dua jam. Tapi walaupun namanya masakan Padang.. rasanya..
Rejeki bisa datang dari mana saja
Konon, rejeki bisa datang dari mana saja. Dan ternyata benar. Sudah sejak beberapa hari ini, saya sampaikan kepada isteri saya untuk memasakan saya gule cubadak (sayur nangka), tapi karena tidak ada yang jual nangka hingga kini selera terpaksa ditahan. Ada nangka dalam kaleng, made ini Thailand, tapi di samping harganya mahal juga rasasnya enggak karuan.
Ee tetiba masuk pesan di WA, "Om.ada di rumah? Saya mau antarkan masakan Padang."
Wuih. rasa mendengarkan "nyanyian surga" dan tanpa basa-basi lagi saya jawab, "Ada, kami sudah di rumah"
Dan selang sekitar 15 menit kemudian, pintu rumah ada yang mengetuk atau lebih tepat dikatakan "digedor", mungkin kuatir saya tidak mendengarkan. Padahal telinga saya mendadak jadi tajam, mendengarkan ada yang mau antarkan masakan Padang.Â
Dan dengan gesit saya sudah berada di depan pintu dan mempersilakan yang mengantarkan makanan untuk masuk. Tapi kata Lyon, "Maaf Om Tjip, saya cuma antarkan masakan Padang ini dan harus buru buru karena ada pelatihan badminton sore ini." Maka tentu saja saya tidak mungkin menahannya lagi.Â
Ternyata isi bungkusan adalah:Â
- udang balado
- ikan balado
- dendeng batokok lado ijo
- pucuk paranci (pucuk ubi)
- gule cubadak (nangka)
Baru sadar bahwa setelah jauh berada dirantau orang, baru dapat merasakan betapa nikmatnya santap malam dengan ditemani masakan ala kampung halaman sendiri.Â
Nah, masalahnya kini, kalau pingin makan masakan yang sama. ke mana harus dicari? Masa iya minta lagi? Malu dong. Mudah-mudahan orang yang berbaik hati menitipkan masakan Padang ke rumah kami, membaca tulisan ini. Dan esok lusa datang lagi mengantarkan masakan Padang yang lainnya. Berharap kan boleh yaa?Â
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H