Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setelah Rasakan Getirnya Kehidupan

7 Desember 2020   05:16 Diperbarui: 7 Desember 2020   06:36 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket,foto: di tempat kumuh inilah , kami tinggal selama tujuh tahun ./dok.pri

Dapat Menemukan Makna:" Indah Pada Waktunya"

Bertahun tahun lamanya, saya mencoba merenungkan makna dari kalimat:" Indah pada waktunya",tapi sama sekali tak mampu saya menjangkau makna yang tersirat didalam kalimat ini. Ritual kehidupan yang kami lalui dari hari ke hari ,sarat dengan :

  • kerja keras
  • menahan lapar
  • menahan rasa sakit 
  • air mata yang sudah mengering
  • genangan air 
  • tidak dilihat sebelah mata
  • berhutang untuk sebungkus nasi 
  • anak terbaring pucat tanpa obat
  • Istri kurus dan batuk batuk
  • diri saya sendiri apalagi 

Meratap :"Tuhan jangan lupakan kami "

Kata orang :"Bekerjalah dan berdoalah " .Sudah kami lakukan selama bertahun tahun Berdoa siang dan malam dalam genangan air mata.Kerja keras? Sudah menjadi ritual kehidupan kami. Bahkan  anak yang seharusnya masih terlelap dalam pelukan ibunya,terpaksa harus bangun disubuh hari dan ikut membantu. Bukan dalam hitungan hari dan bulan ,tapi selama tujuh tahun. Bukan dalam konteks sandiwara ,mempertontonkan  kemiskinan dan kemelaratan,melainkan memang bagian dari perjalanan hidup yang pernah kami alami

Kini Baru Memahami Arti dan Makna :"Semuanya akan indah pada waktunya"

Didera oleh penderitaan hidup yang hampir hampir tak tertanggungkan, menoreh luka yang mendalam di hati dan jiwa kami. Kini ,dalam setiap tarikan nafas,selalu terucapkan :"Puji syukur kepadaMu ya Tuhan" Kini saya sungguh sungguh memahami ,arti dan makna dari kalimat "Semuanya akan indah pada waktunya."Bila kami tidak pernah merasakan betapa sakit dan getirnya menjalani hidup dalam penderitaan,mungkin rasa syukur kami hanya akan mengambang dipermukaan. Tapi karena kami sudah mengalami apa artinya,hidup dalam kelaparan,sakit ,menderita,air mata dan tak dipandang sebelah mata,kini rasa syukur kami bagaikan samudra tak bertepi.

catatan: tulisan ini lahir,setelah saya menemukan foto jadul di pagi ini, Foto yang mengingatkan bahwa dulu kami pernah hidup dalam genangan air kumuh di dalam rumah dan genangan air mata dalam hati.Kini badai kehidupan sudah berlalu dan kami dapat menikamati setiap saat dalam rasa syukur yang tak bertepi 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun