Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah Wajah Saya bersama Sinterklas

1 Desember 2020   21:15 Diperbarui: 1 Desember 2020   21:24 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi Sinterklas Sungguh Merupakan Kebahagiaan Tersendiri

Tidak seperti biasanya, menjelang Natal seluruh mall dan toko toko sudah sibuk menawarkan aneka ragami kostum Sinterklas bagi anak anak. Selama ini dua minggu sebelum bulan Desember tiba, seluruh mall dan toko toko sudah sarat menjajakan aneka ragam atribut Sinterklas. Dan tentunya acara foto bersama dengan Sinterklas sudah menjadi tradisi di Australia. Tapi hingga hari ini hanya tampak beberapa toko topi khas Sinterklas, tapi sama sekali jauh dari keceriaan .

ket,foto: senang banget rasanya bisa menjadi Sinterklas/dokpri
ket,foto: senang banget rasanya bisa menjadi Sinterklas/dokpri
Sewaktu Anak Anak Saya Sangat Kecewa Dengan Sinterklas

Sewaktu masih anak anak, saat ada pembagian hadiah dari Sinterklas tentu saja sebagai anak anak yang baru berusia 9 tahun saya juga berharap nama saya akan dipanggil.

Tapi hingga acara usai, nama saya tidak dipanggil dan hanya kebagian satu dua bungkus permen kecil. Pada waktu itu saya sama sekali tidak tahu bahwa hadiah tersebut sesungguhnya bukan dari Sinterklastapi titipan dari para orang tua untuk anaknya dengan pesan "Rajin rajin belajar"

dokpri
dokpri
Karena ketidaktahuan ini, setiap tahun saya berharap nama saya akan dipanggil tapi setiap tahun saya harus menelan rasa kecewa. Sehingga timbul rasa marah dalam hati saya sebagai anak anak dan  berpikir "Sinterklas hanya datang untuk anak orang kaya".

Baru setelah saya masuk ke SMP saya tahu bahwa semua hadiah adalah dari para orang tua murid. Dan karena ayah saya hanya seeorang Kusir Bendi, maka jangankan beli hadiah, untuk makan sehari hari saja sudah susah.

dokpri
dokpri

Ketika Nasib Kami Berubah, Saya Menjadi Sinterklas Selama Bertahun tahun

Selama tinggal di Wisma indah I di Padang, setiap tahun saya menjadi Sinterklas. Membagi bagi angpau kepada semua anak anak tetangga tanpa membedakan mereka itu anak siapa. Setiap tahun kami merayakan 3 kali hari raya, yakni Natal, Imlek, dan Idul Fitri. 

Setiap tahun isteri saya ke bank untuk menukarkan 2 juta rupiah dengan uang kertas baru untuk dibagi bagikan.  Melihat wajah anak anak penuh keceriaan sungguh menghadirkan rasa suka cita yang luar biasa dalam hati kami berdua. 

dokpri
dokpri
Impian saya, bila Tuhan mengijinkan, saya ingin menjadi Sinterklas bukan hanya bagi anak anak, tapi juga untuk siapa saja yang membutuhkan. Semoga Tuhan memberikan saya jalan mewujudkan impian saya. Impian inilah yang saya transformasikan menjadi 2 artikel yang terkesan humor, tapi sesungguhnya merupakan gambaran impian saya yang belum terwujud,yakni menjadi Sinterklas untuk semua orang yang membutuhkan

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun