Berbeda Bukan Untuk Dimusuhi
Peribahasa kuno menuliskan " Lain padang,lain pula belalangnya . Lain lubuk lain ikannya dan beda sungai beda pula buayanya. " Terkesan kuno dan usang, tapi sesungguhnya tidak semua yang kuno itu harus dilupakan. Karena walaupun kita sudah berada di era digital. namun pesan moral yang terkandung dalam peribahasa ini, tetap relevan sepanjang masa.Â
Yakni mengingatkaan kita semua,bahwa perbedaan itu ada dimana mana dan bahwa perbedaan bukanlah sebuah kutukan,melainkan justru berkat dimana kita bisa menimba ilmu dari hal hal yang berbeda. Menjauhkan kita dari hidup monoton dan membosankan dan menghadirkan kearifan diri dalam memaknai arti sebuah perbedaan.
Awal tinggal di negeri Kanguru ini, saya baru tahu dan merasakan apa yang dimaksudkan dengan "cultural shock" .Dari mulai undangan hadir pada acara ulang tahun.Â
Masa iya,kita datang untuk ikut merayakan hari ulang tahun orang dan bawa kado, yang lumayan.,eee maka dan minum harus bayar sendiri sendiri. Langsung nyinyir saya keluar dan saya tumpahkan ke puteri kami yang mengajak kami hadir "Ing (nama puteri kami) Masa iya kita diundang, tapi bayar masing masing?" Tapi puteri kami membisikan "Papa, kita tinggal di negeri orang, jadi pasti banyak hal yang berbeda. Nanti papa akan tahu " Dengan wajah kayak monyet kejepit ekornya, saya manggut manggut,entah paham atau manggut karena sudah lapar banget,tentu cuma saya dan Tuhan yang tahu.
Diminta bawa Kursi dan makananÂ
Belum lagi diundang oleh tetangga untuk semacam pertemuan RT. Kalau cuma bawa makanan masing masing ,ya tidak masalah. Karena di negeri kita juga ,disaat pertemuan warga, masing masing bawa makanan atau buahan untuk di makan bareng.
Tapi masa iya,kursi juga harus dibawa masing masing? Kalau dulu,saya bakalan protes lagi.Tapi karena sudah lama tinggal numpang di negeri orang,saya sudah paham dan mengikuti aturan mainnya.
Makan Dengan Menggunakan Garpu dan Pisau
Aduh, ini mau makan atau mau berantem? Begitu pikiran jahil saya pada awalnya. Jangan kita orang tua,nggak bisa jahil .Contohnya saya., Apalagi sebagai orang Padang, saya biasa makan tangan ee salah, maksudkan makan dengan menggunakan tangan. Apalagi ketika makan gulai kepala ikan. Mana bisa makan kepala ikan  pakai garpu dan pisau?Â
Wah, ini tuan rumah mau cari gegara nih , pikiran iseng saya kambuh. Tapi kelak saya paham bahwa umumnya orang di Australia,kalau santap siang atau malam,menu utama adalah Steak ,daging bakar Dan untuk itu perlu garpu dan pisau. Ya iyalah, saya  harus belajar gimana cara pakai pisau ,agar yang dipotong cuma daging,tapi jari tangan nggak ikut terpotong
Ketemu Saling Berpelukan
Kalau di tanah air,ketemu dengan sahabat ,kita saling bersalam salaman. Suatu waktu sahabat baik puteri kami Clara, yang sejak lama kami kenal,setelah beberapa tahun tidak bertemu,suatu waktu ketemu di mall sedang berjalan bersama suaminya. Dan mereka saling menyalami dan saling berpelukan.Â
Tidak berhenti sampai disini,tapi kami juga kebagian mendapatkan pelukan yang sama. Nah,kalau yang seperti ini, dipraktikkan di Indonesia, golok bakalan beraksiÂ
Tapi kemudian saya memahami ,bahwa walaupun sama sama saling memeluk.tapi beda cara dan beda gaya dalam memeluk. Yang pasti tidak dapat dijelaskan dengan kata kata.Â
Bagi kita yang dilahirkan di Indonesia, yang namanya memeluk isteri orang itu haram  dan kalau isteri kita dipeluk suami orang,golok yang akan bicara.Â
Namun,ternyata ini hanya pikiran horor yang muncul dalam pikiran kita,bahwa setiap pelukan itu,dosa. Semuanya terpulang kepada niat di hati kita,pelukan itu tulus atau tidak ?
Misalnya,kalau saya menuliskan :"Ananda Hera atau ananda Lusy  ,ananda Firda ,ananda Erina ,yang Opa sayangi atau ananda Yani  atau ananda Siska yang Ayah sayangi ,maupun ananda Ari yang Ayah sayangi, " Maka yang ada dalam benak saya,adalah menyayangi anak cucu sendiri. Bukan dalam konteks sayang sayang antara pria dan wanita.Rasanya tidak perlu saya tambahkan kata:"demi Tuhan" ya .
Belajar dari Perbedaan Menjadikan Kita Semakin Arif
Kalau mau ditulis semuanya,tentu saja akan menjadi satu jilid buku. Maka untuk kali ini,saya sudahi sampai disini saja . Intinya, perbedaan itu mengajarkan kepada saya banyak hal,agar jangan cepat cepat menghakimi orang lain,hal hal yang tidak dipahami. Karena setiap orang itu berhak untuk berbeda dengan kita .Dan begitu juga ,beda suku bangsa ,beda pula budayanya.Â
Bila menemukan perbedaan ,jangan dimusuhi,tapi dipelajari dan dipahami.Sehingga menjadikan kita semakin arif dalam memaknai bahwa perbedaan bukanlah sebuah kutukan,tapi justru adalah berkat untuk kita semuanya. Menjadikan kita semakin bijak dalam menyikapi setiap perbedaan.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H