Setelah Bertahun Tahun Hidup Melawan Badai
Tulisan ini bukanlah  pamer pencapaian,melainkan semata mata untuk menginspirasi dan memotivasi bagi mereka yang masih harus berlayar di samudara kehidupan dengan melawan badai. Hidup menderita itu sangat tidak enak. Belum lagi rasa tanggung jawab terhadap anak istri.
Ada perasaan berdosa didalam hati,menyaksikan isteri berwajah pucat dan kurus  dan anak yang sakit sakitan,tapi tidak ada uang untuk membawa mereka ke dokter.Â
Dan seperti kata peribahasa :" Ketika anda tertawa,maka seluruh dunia akan ikut tertawa bersama anda.tapi bila anda menangis,maka merataplah anda seorang diri dalam kegelapan malam. Secara pribadi saya sudah merasakannya. Bahkan ketika bertamu kerumah sanak keluarga,hanya diterima di depan pintu pagar saja,karena orang takut kami datang untuk minjam uang.
Dalam kondisi seperti ini,bukannya menolong,tapi kata kata yang sering dengar adalah :"Makanya jangan buru buru nikah,kalau hidup belum mapan. Tuh,kasihankan anak isteri".Â
Alangkah terluka hati mendengarkan semuanya ini. Tapi saya bersyukur kepada Tuhan,telah memberikan saya seorang wanita yang tidak pernah mengeluh disaat saat hidup mencapai titik nadir. Bahkan isteri saya selalu berdoa dan menyemangati :" Jangan putus asa sayang, percayalah badai pasti berlalu dan kita akan sukses "
Menjalani hari hari penuh penderitaan,sungguh terasa amat berat. Bobot tubuh istri hanya tersisa 38 kg dan putera kami yang baru satu orang ,yakni Irmansyah Effendi,kurus dan batuk batuk,serta sering kejang kejang. Dan seakan akan penderitaan kami belum cukup.petugas PLN datang dan memutuskan aliran listrik,karena sudah 3 bulan menunggak.
Kata Petugas PLN:"Maaf ya pak, saya juga orang kecil dan tahu apa artinya hidup susah,tapi saya ditugaskan untuk memutus aliran listrik,karena tunggakan sudah 3 bulan" Dan saya hanya menganggukan kepala dengan perasaan tak menentu.Â
Malamnya saya batuk dan mengeluarkan darah. Esok harinya isteri saya berusaha mencari daun daunan ,yang dipercaya dapat meringankan rasa sakit  Inilah sekilas pintas kehidupan kami semasa lalu
Akhirnya badai kehidupan berlalu dan hidup kami secara bertahap berubah secara total. Kami sudah pindah ke rumah permanent dan saya sudah menjadi Direktur CV Tunas Sari ,sebagai Eksportir. Hidup kami berubah bagaikan siang dan malam. Setiap bangun pagi,kami selalu mengucap syukur bahwa kami sudah melewati badai kehidupan dengan selamat.
Tidak jarang, saya merasa seakan bermimpi,bahwa kami dapat menikmati hidup damai di tepi pantai Australia. Nah,bagi teman teman yang masih harus berjuang untuk mengubah nasib,jangan pernah menyerah Percayalah badai pasti berlalu
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H