Tinggal di Australia,Tapi Gaya Hidup Tetap Gaya Indonesia
Kebanyakan orang Indonesia yang datang berkunjung ke Australia untuk tengok anak cucu,baru sebulan sudah tidak betah , Alasan paling banyak adalah "Belanja sebulan di Australia,bisa untuk hidup setahun di kampung halaman" Â .Â
Salah satunya adalah Pak Tomy (bukan nama sebenarnya) yang tinggal berdekatan dengan kami di Burns Beach. Kalau di jakarta, orang terlalu sibuk untuk sekedar saling menyapa. Buktinya,kami tinggal di Apartement Mediteranean Lagoon di Kemayoran selama bertahun tahun,tapi sesama tetangga tidak saling kenal.Â
Paling ,bila kebetulan sama sama duduk di lobi menunggu jemputan,hanya sekedar saling mengucapkan :"Selamat pagi " atau "Selamat sore" dan selanjutnya masing masing sibuk atau menyibukkan diri.Â
Bahkan terkadang ,saat berada dalam satu lift,wajah hampir saling menyentuh,tapi hanya sekedar basa basi dan dan kemudian senyap Beda banget bila sesama orang Indonesia saling bertemu di negeri orang,khususnya Australia. Dalam hitungan detik,sudah saling akrab ,bahkan saling bertukar nomor Ponsel. Dan saling bercerita dari hilir ke mudik . Rasanya terasa banget,bahwa kita itu sebangsa dan setanah air.Â
Keluhan yang paling sering kami dengar,termasuk keluhan dari pak Tomy adalah :"Baru  sebulan di Australia,kami sudah menghabiskan lebih dari 2000 dolar  ,yang kalau dirupiahkan ,sudah 20 juta rupiah " ."Bayangkan pak Effendi , kami baru sebulan disini tengok anak mantu dan cucu .Â
Pagi mereka sudah keluar. Anak dan mantu kerja dan cucu cucu kami sekolah. Maka kami berdua jalan jalan ke pantai. Minum kopi dan sarapan di Cafe .Aduh,untuk sarapan pagi saja,kami berdua kena 40 dolar. Hanya untuk masing masing secangkir Capucinno dan sepotong kue Belum lagi untuk makan siang.di restoran tepi pantai ,kami menghabiskan hampir  50 dolar. Sehari menghabiskan uang satu juta rupiah,hanya untuk sarapan dan makan siang"
Kami ceritakan,bahwa kami sarapan dirumah dan siang hari,kami bawa makanan dari rumah,untuk dimakan ditepi pantai atau di taman. Kami bawa termos yang berisi kopi. Bukan karena pelit.kami kami ingin hidup berhemat. Kami hanya makan di restoran,bila ada tamu yang datang dari Indonesia atau kami diundang anak cucu, Selebihnya ,kami bawa makanan dari rumah.Â
Saya dan isteri,hampir setiap hari jalan jalan ke pantai atau ke taman. Tapi selalu membawa makanan dan minuman dari rumah ,sebagai bekal.Bahkan kursi lipat juga kami bawa.  Pengeluaran untuk sarapan dan makan siang plus pisang dan buahan ,serta Capucinno, total pengeluaran kami hanya  10 dolar  Kalau kami sarapan di Cafe. 10 dolar hanya dapat secangkir kopi untuk satu orang .
Bukan karena pelit,tapi hidup di negeri orang ,tidak harus ikuti gaya hidup mereka  Jangan sampai keliru menelan mentah mentah peribahasa:"Dimana bumi dipijak,disana langit dijunjung" Tinggal di Australia,tapi gaya hidup tetap gaya orang Indonesia.Â
Kami juga sarapan dengan enak.plus masing masing secangkir cappucinno  Untuk santap siang,nasi putih dan cumi goreng balado atau dendeng balado dan pisang atau buahan lainnya. Orang ke Pantai,kami juga ke pantai .Orang makan siang di sana,kami juga,tapi tidak direstoran,melainkan makan makanan yang dimasak isteri.
Prinsipnya,kita boleh tinggal dimana saja,tapi tidak harus mengikuti gaya hidup warga lokal
Tjiptadinata Effendi