Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Ada Orang Jatuh, Ulurkanlah Tangan Kita

5 November 2020   06:00 Diperbarui: 5 November 2020   06:19 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: materfile.com

Daripada Bertanya: " Mengapa Anda Terjatuh?"

Saat menyaksikan ada orang tua yang berjalan tertati tati untuk menyeberangi jalan, maka ulurkanlah tangan kita. Bantulah ia menyeberangi jalan hingga selamat tiba diseberang sana. 

Mereka tidak butuh dikuliahi "mengapa jalan sendiri? kemana saja anak cucunya?" Begitu juga bila ada orang yang terjatuh, maka ulurkanlah tangan kita.

Bantu agar ia bisa berdiri lagi. Mereka tidak butuh diomelin "Lain kali jalan hati hati!" Atau "Aduh, sudah tua begini masih jalan sendirian?"

Pasti mereka punya alasan mengapa dalam usia yang sudah menua masih terus harus mengais rezeki sendiri. Bukan karena mereka senang hidup menderita, tapi keadaanlah yang menyebabkan mereka jadi seperti itu. 

Menyaksikan tetangga di kampung memilih sayuran di tong sampah, jangan memberikan mereka kuliah tentang bagaimana hidup sehat. Hal yang paling tepat adalah buka dompet kita atau rogoh kantong baju dan berikanlah selembar uang sesuai kemampuan kita. 

Bagi mereka selembar uang yang diberikan adalah sejuta kali lebih berharga ketimbang mendengarkan kita berkotbah tentang bagaimana hidup sehat atau kemana saja anak anaknya?

Kita Tidak Mungkin Bisa Berbagi Harta Setiap Waktu, Tapi Bisa Berbagi Kasih Sepanjang Hayat

Tidak semua orang dapat kesempatan melakukan hal hal spektakuler, tapi setiap orang pasti bisa melakukan hal hal kecil dengan sepenuh hati. Misalnya. membantu orang tua yang akan naik tangga, menyeberangi jalan, membantu memungutkan kaca matanya yang terjatuh dan seterusnya. 

Hal yang tampak sangat sepele, namun bagi orang yang kita bantu sungguh merupakan sebuah kebahagiaan karena ternyata dirinya masih ada yang peduli. 

Ketika menyaksikan ada orang kelaparan, jangan berkotbah tentang kasih atas sesama tapi berikanlah ia sepiring nasi atau selembar uang kertas. Maka baginya diri kita adalah utusan Tuhan. Karena satu perbuatan baik adalah jauh lebih bernilai ketimbang seratus kotbah kosong.

Saya selalu ingat akan pesan "Antara Iman, pengharapan dan kasih" maka Kasihlah yang terbesar. Dan kasih itu hendaknya jangan pura pura. Kasih itu tidak butuh kotbah berapi api tentang berbuat baik terhadap sesama tapi Just do it . 

Lakukanlah, ulurkan tangan walaupun hanya berisi uang 5 ribu rupiah. Karena uang 5 ribu rupiah ini jauh lebih bernilai dari pada kotbah berjilid jiid tapi kosong dan hampa .

Kami sudah merasakan semuanya ini dan ingin memanfaatkan perpanjangan izin tinggal didunia ini yang diberikan oleh The Giver of Life dengan berbuat hal hal kecil tapi berarti bagi orang lain. Sebuah kalimat yang sudah menjadi prasasti dalam diri adalah "Kasih itu jangan pura pura"

Hanya renungan di pagi indah ini

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun