Daripada Bertanya: " Mengapa Anda Terjatuh?"
Saat menyaksikan ada orang tua yang berjalan tertati tati untuk menyeberangi jalan, maka ulurkanlah tangan kita. Bantulah ia menyeberangi jalan hingga selamat tiba diseberang sana.Â
Mereka tidak butuh dikuliahi "mengapa jalan sendiri? kemana saja anak cucunya?" Begitu juga bila ada orang yang terjatuh, maka ulurkanlah tangan kita.
Bantu agar ia bisa berdiri lagi. Mereka tidak butuh diomelin "Lain kali jalan hati hati!" Atau "Aduh, sudah tua begini masih jalan sendirian?"
Pasti mereka punya alasan mengapa dalam usia yang sudah menua masih terus harus mengais rezeki sendiri. Bukan karena mereka senang hidup menderita, tapi keadaanlah yang menyebabkan mereka jadi seperti itu.Â
Menyaksikan tetangga di kampung memilih sayuran di tong sampah, jangan memberikan mereka kuliah tentang bagaimana hidup sehat. Hal yang paling tepat adalah buka dompet kita atau rogoh kantong baju dan berikanlah selembar uang sesuai kemampuan kita.Â
Bagi mereka selembar uang yang diberikan adalah sejuta kali lebih berharga ketimbang mendengarkan kita berkotbah tentang bagaimana hidup sehat atau kemana saja anak anaknya?
Kita Tidak Mungkin Bisa Berbagi Harta Setiap Waktu, Tapi Bisa Berbagi Kasih Sepanjang Hayat
Tidak semua orang dapat kesempatan melakukan hal hal spektakuler, tapi setiap orang pasti bisa melakukan hal hal kecil dengan sepenuh hati. Misalnya. membantu orang tua yang akan naik tangga, menyeberangi jalan, membantu memungutkan kaca matanya yang terjatuh dan seterusnya.Â
Hal yang tampak sangat sepele, namun bagi orang yang kita bantu sungguh merupakan sebuah kebahagiaan karena ternyata dirinya masih ada yang peduli.Â
Ketika menyaksikan ada orang kelaparan, jangan berkotbah tentang kasih atas sesama tapi berikanlah ia sepiring nasi atau selembar uang kertas. Maka baginya diri kita adalah utusan Tuhan. Karena satu perbuatan baik adalah jauh lebih bernilai ketimbang seratus kotbah kosong.