Pengalaman Pertama Menerbitkan BukuÂ
Mungkin hampir setiap penulis yang serius menekuni hobinya dibidang tulis menulis, pasti memiliki impian suatu waktu karya tulisnya dapat diterbitkan oleh penerbit mayor, hanya impian tersebut masih tersimpan jauh dilubuk hati karena belum menemukan cara untuk bisa langsung ke Penerbit Mayor.
Ada juga yang memiliki keinginan, tapi tak punya keberanian, karena merasa tidak mungkin karya tulisnya akan mampu menembus penerbit mayor.
Karena tidak punya keyakinan diri maka tidak ada upaya ke arah itu. Maka seperti bisa diduga, impian untuk dapat menerbitkan buku di penerbit mayor,akan tinggal sebagai impian kosong.
Berani Bermimpi Harus Berani Melangkah
Ibarat ketika jatuh cinta pada seorang gadis, tapi hanya dipendam dalam hati, maka di saat gadis impian menjadi milik orang lain, hanya menyisakan keperihan hati yang mendalam.
Maka satu satunya cara adalah berani menyampaikan rasa cinta, dengan segala konsekuensinya. Yakni diterima atau ditolak. Bukankah ada peribahasa mengatakan "Yang terburuk dalam hidup ini, bukanlah kegagalan, melainkan orang yang tidak berani mengambil resiko."
Pengalaman awal, impian saya untuk menerbitkan karya tulis saya di percetakan mayor adalah 20 tahun lalu. Dengan penuh rasa percaya diri saya datangi kantor PT Elexmedia Komputindo di Jalan Palmerah di Jakarta,yakni di Gedung Kompas. Setelah melapor ke piket dan meninggalkan KTP saya, maka saya diberikan Name Tag dengan tulisan "Tamu".Saya langsung masuk lift dan menuju ke ruang Elexmedia.Â
Kembali ke Judul
Melapor ke bagian penerimaan tamu dan disarankan untuk bertemu bapak Ir.Arie Subagijo. Saya diterima dengan ramah dan dipersilahkan duduk. Saya jelaskan maksud kedatangan saya dan rencana mau menulis buku  Pak Arie, langsung bilang begini, "Ok, berapa lama pak Effendi bisa mempersiapkan naskahnya? Tidak masalah dalam bentuk draft. Saya ingin tahu intinya seperti apa? Karena pertimbangan dasar untuk diterbitkannya sebuah karya tulis, tulisannya  mudah dipahami dan mampu menginspirasi serta memotivasi para pembacanya dan tentunya ada manfaat yang dapat dipetik."
Langsung saya jawab, "3 hari pak Arie."
"Baik ,saya tunggu," kata pak Arie dan saya langsung pamitan.
Mempersiapkan Naskah Setebal 231 halaman dalam 3 hari
Setibanya dirumah, ceritakan hasil pembicaraan dengan pak Arie di Elexmedia dan saya pesan kepada istri bahwa selama tiga hari saya tidak mau ke mana-mana. Saya mau menulis. Istri saya memberikan dukungan sepenuh hati. Saya menulis dari pagi hingga malam, hanya berhenti untuk makan dan minum dan 2 hari naskah selesai.
Karena seluruh bahan yang saya tulis, semua sudah saya praktikkan selama lebih dari dua tahun,maka saya hanya "menyalin" dari memori saya untuk dituangkan diatas kertas naskah. Begitu siap, langsung saya antarkan dan bertemu dengan Pak Arie Subagijo.
Langsung Diperiksa
Rupanya memang sudah jodoh saya, karena tampak Pak Arie sangat antusias membaca naskah saya. Karena itu saya diminta untuk menunggu di ruang kantornya dan pak Arie mulai membaca dengan cepat dan sesekali mencoret sana sini dan memberikan catatan. Suasana hati saya menjadi galau, kayak anak sekolah lagi menunggu hasil ujian.
Sekitar setengah jam kemudian, pak Arie tiba-tiba berdiri Menatap mata saya dengan wajah cerah dan menyalami saya sambil berkata, "Deal, Pak Effendi. Bagus. Tapi masih banyak yang mesti dilengkapi, sesuai dengan catatan saya di sini. Mengenai foto-foto pendukung, Pak Effendi serahkan saja, kami yang akan mengerjakannya."
Bagaikan Terbang Kelangit Ketujuh
Mendengar satu kata: "Deal" yang keluar dari mulut pak Arie, rasanya bagaikan terbang ke langit ketujuh perasaan saya, padahal langit tingkat satu saja saya belum pernah. Dengan hati yang penuh dengan bunga-bunga saya langsung pamitan.
Begitu tiba di rumah, saya langsung memeluk isteri saya dan mulai bercerita, seakan saya bagaikan pahlawan yang baru memenangkan perang. inilah kisah singkat pengalaman pertama karya tulis saya diterbitkan langsung oleh penerbit mayor Elekmedia Komputindo dengan judul "Aplikasi Reiki Dalam Penyembuhan Diri Sendiri dan orang lain", yang mengalami cetak ulang hingga 15 kali Kemudian masih disusul dengan 8 judul buku lainnya, sehingga total 9 judul buku diterbitkan oleh Penerbit Elekmedia Komputindo.
Semoga pengalaman kecil ini ada manfaatnya bagi semua penulis di Kompasiana
Tjiptadinata Effendi