Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sudah Menjelaskan "Saya Penulis Bukan Wartawan"

21 Oktober 2020   20:05 Diperbarui: 21 Oktober 2020   20:15 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi Tetap Saja Diperlakukan Sebagai Wartawan

Setiap Kompasianer yang aktif menulis sudah pasti memiliki berbagai pengalaman unik ketika mengambil foto atau mewawancarai sumber berita. Walaupun sudah dijelaskan bahwa diri kita bukan wartawan, tapi tetap saja diperlakukan sebagai seorang wartawan. Nah, bukan salah kita kan? 

Agar rekan rekan Kompasianer  yang lain dapat membagikan berbagai pengalamannya dalam meliput berbagai peristiwa, maka tentu saya mulai dari diri sendiri terlebih dulu

dokpri
dokpri
Museum Dibuka Khusus untuk Kompasiana

Sewaktu adik kami Margaretha dan suaminya datang berkunjung dari Italia ke Wollongong, maka tentu saja kami manfaatkan waktu sepadat mungkin untuk berkunjung ke berbagai destinasi wisata termasuk ke museum. Agar perjalanan kami tidak sia sia, maka untuk memastikan, saya mencoba menelpon ke Light Rail Museum Albion Park.

Tapi ternyata mendapatkan jawaban bahwa untuk sementara karena ada renovasi museum ditutup. Dan yang menerima telpon mengaku bernama Richard yang merupakan manager operasional di sana, bertanya pada saya, "Why do you very interest to visit the Museum?” 

Saya katakan, bahwa saya seorang penulis dan ingin menulis sesuatu tentang Museum di Australia untuk dibaca masyarakat Indonesia melalui media Kompasiana. 

“Ooo I know Kompas” kata Richard dan saya merasa tidak perlu menjelaskan panjang lebar,bahwa Kompasiana itu tidak sama dengan Kompas. Dan saya mengira bahwa Richard akan segera mengakhiri percakapan ditelpon tersebut. Tetapi ternyata merupakan suatu surprise, saya mendapatkan jawaban,"Hmm okay, kalau anda mau menulis sesuatu tentang museum ini tentu saya harus menghargai hal itu. Silakan anda datang. Khusus untuk hari ini,hanya anda satu grup yang diijinkan berkunjung”

Ketika kami tiba di lokasi ternyata memang benar hanya kami yang diizinkan masuk. Bahkan Richard menceritakan panjang lebar tentang sejarah museum ini. Dan tentu saja,janji saya untuk menulis tentang museum saya tepati. 

Untuk lengkapnya silakan baca di sini

ket,foto: bersama Penanggung Jawab Paviliun Indonesia di Expo Milan/dokpri
ket,foto: bersama Penanggung Jawab Paviliun Indonesia di Expo Milan/dokpri

Diapresiasi dari Paviliun Indonesia

Sewaktu Expo di Milan tahun 2015 kami kebetulan berada di Italia dan diajak oleh adik kami Margaretha dan suaminya untuk berkunjung ke Paviliun Indonesia. 

Tiba di lokasi, kami bertemu dengan beberapa orang Indonesia bahkan salah satunya adalah Samuel yang juga adalah seorang Kompasianer, tapi sudah jarang menulis.  

Kami diperkenalkan kepada Pengelola Expo Indonesia. Tapi bukan memperkenalkan sebatas nama saya,melainkan menekankan, "Kenalkan ini Penulis dari Kompasiana, pak Tjiptadinata Effendi".

Hasil liputan kegiatan tersebut saya postingkan malam harinya. Esok hari ketika,kami kembali mengunjungi Paviliun Indonesia di Expo Milano, ternyata ada Penanggung Jawab dari Expo tersebut.Saya diberikan sekaligus  3 kartu nama dari Staf Pengelola Paviliun Indonesia di Expo Milan 2015.Dan sekaligus kami saling bertukar kartu nama.

dokpri
dokpri
Malamnya ada pesan masuk dari Pengelola Expo yang isinya adalah:

Terima kasih atas kunjungannya ke paviliun Indonesia di Milan Expo. Keberadaan kita disini sangat penting dimata dunia untuk mempromosikan Indonesia. Dengan dukungan pemerintah , KPBN dan swasta kita bersinergi menjalankan tugas negara.

Dengan kedatangan pak Tjipta ke paviliun, saya sangat harapkan dukungannya agar tercipta pemberitaan yang positif bagi masyarakat.

Terima kasih  

Untuk jelasnya silakan dibaca : https://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/55aa5af6b49273482ccfe9df/apresiasi-untuk-kompasiana-dari-paviliun-indonesia

Diundang Makan Gratis di Restoran Indonesia

Pada waktu menulis tentang keberadaan restoran Indonesia, di beberapa lokasi di Australia, saya hanya bermaksud memberikan informasi bila ada orang Indonesia yang berkunjung ke Australia dan tidak terbiasa makan masakan bule, bisa mencari rumah makan Indonesia. Tetapi ternyata akibarnya, saya dan isteri diundang makan.

Untuk menghargai yang mengundang,maka kami datang untuk santap siang.  Karena masakannya sesuai dengan selera Indonesia, maka beberapa waktu setelah itu,kami kembali makan ditempat yang sama. Tapi lagi lagi, ketika kami selesai makann dan akan membayar tetapi ditolak hingga tiga kali kami makan gratis,sehingga kami tidak pernah lagi  mau makan di sana karena merasa tidak enak dikasih makan gratis terus menerus. 

Nah, ini kisah singkat dari pengalaman saya,sebagai salah seorang Penulis di Kompasiana. Mungkin rekan rekan Kompasiana yang lain, termotivasi untuk menuangkan cuplikan pengalamannya sebagai  jurnalis warga yang menulis di Kompasiana.

Tjiptadinata  Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun