Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setiap Detik yang Menghadirkan Rasa Syukur

17 Oktober 2020   13:10 Diperbarui: 17 Oktober 2020   13:09 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendapatkan Limpahan Kasih Sayang

Orang merasakan kesepian bukan karena ia hidup menyendiri di tempat sepi,melainkan karena hatinya miskin oleh rasa kasih sayang dari orang orang terdekatnya. Bagi yang pernah mengunjungi rumah panti jompo ,pasti tidak akan pernah melupakan wajah wajah yang kering dari keceriaan dan pandangan mata hampa,yang menandakan kekosongan jiwanya dari kasih sayang keluarga. 

Salah satu peristiwa yang selalu terbayang dalam ingatan saya adalah saat kami mengujungi salah satu panti jompo. Seorang wanita ,memegang tangan saya dan berucap: "Jangan pergi nak" dengan air mata mengenang dipelupuk matanya. Padahal usianya mungkin lebih muda dibanding saya,tapi ia sudah tidak mampu lagi membedakannya. 

Mungkin saking rindu akan kasih sayang anak anaknya. Menurut wanita ini, putra putrinya hanya mengunjungi dirinya,setahun sekali  dan itupun hanya beberapa menit. 

Kesepian dan miskin kasih sayang, telah mengerogoti jiwanya,hingga menyebabkan bukan hanya jiwanya yang mengering,tapi tubuhnya juga ikut tergerus dan tinggal tulang belulang. Saya hanya dapat berdoa didalam hati untuk mereka yang dicampakkan oleh keluarganya dengan berbagai alasan pembenaran diri

Rasa Syukur Tak Henti Hentinya

Kemarin,tanggal 16 Oktober 2020, putera kami datang. Begitu tiba menyerahkan sebuah kotak kepada saya. Sebuah surprise ternyata isinya adalah sebuah jam tangan merek Rolex.

Hal ini sesungguhnya bukanlah pertama kalinya, karena sebelumnya saya dan isteri. masing-masing menerima hadiah sebuah jam Rolex, tapi sudah mengalami kerusakan, seiring dengan perjalanan waktu.

Langsung saya pakai,bahkan saya bawa tidur. Setiap saat jam ini berdetik, menghadirkan rasa syukur yang mendalam bahwa saya dan isteri mendpatkan kasih sayang dari anak mantu dan cucu cucu kami dengan cara dan gaya masing masing

Bulan lalu, putri kami yang tinggal di Wollongong,mengajak kami berdua datang. Tapi walaupun kami berdua sudah mengantongi Surat Keterangn dokter yang menyatakan,bahwa kami berdua sehat dan bebas Covid 19, tetap saja G2G Pass tidak diterbitkan oleh Pemerintah Australia Barat. Sehingga kami batal ke Wollongong. Begitu juga lain pula gaya dari putera kami yang tinggal di Jakarta dalam menunjukkan kasih sayang kepada kami berdua.

Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi orang tua,selain dari mendapatkan kasih sayang dari anak mantu dan cucu cucu Seperti biasa, pagi ini kami bangun jam 4.30 dan mengawali hari dengan bersyukur kepada Tuhan. 

Praise the Lord I still alive. Terima kasih Tuhan,saya masih hidup. Terima kasih Tuhan kami mendapatkan limpahan kasih sayang dari anak anak kami berserta seluruh keluarga 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun