Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mau Pindah Warga Negara, Apakah Sudah Ada yang Mau Menampung?

12 Oktober 2020   19:30 Diperbarui: 12 Oktober 2020   19:35 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau Belum Ya Sabar Dulu Ya Adik Adik

Saya tidak paham politik . Jadi tulisan ini sama sekali tidak ada hubungan dengan politik, Hanya semata mata ,rasa kepedulian terhadap sesama orang Indonesia,seandainya memang terjadi ramai ramai orang pindah warganegara. 

Karena pindah kewarganegaraan tidak sama dengan pindah kost anak kuliahan. Kalau mengalami masalah yang tidak mengenakan ditempat kost  dan ramai ramai anak kost sepakat :"Kita pindah tempat kost",saya yakin sama sekali tidak ada masalah ,Yang penting,ada uang dikantong atau ada Kartu Kredit yang bisa digesek gesek untuk bayar uang kost .

Pindah Kewarganegaraan Itu Jauh Lebih Rumit Ketimbang Cari Pasangan Hidup

Kalau mau cari pasangan hidup,walaupun tampang pas pasan,tapi kalau kehidupan sudah mapan dan saldo di bank ada 1 miliar,ya gampanglah ,semua bisa diatur . Cukup untuk beli rumah sederhana dan sebuah kendaraan pribadi. Tapi kalau mau pindah kewarganegaraan, kalau cuma punya yang satu miliar ,ya mau pindah kewarganegaraan dengan menjadi ivestor ,ya masih jauh lagi .

Teman kami sesama orang Indonesia, termasuk kaya .Membeli restauran di Perth ,dengan pikiran,secara otomatis,permohonan untuk mendapatkan Permanent Residence pasti akan dikabulkan, Tetapi  ternyata takarannya bukan itu. Akhirnya kecewa dan restaurannya dijual dan kembali ke Indonesia. 

Untuk Mendapatkan Permanent Residence di Australia

Karena saya tidak tahu  ,tentang persyaratan kalau mau menjadi penduduk di negeri lain. Yang saya tahu adalah syarat untuk mendapatkan Visa Permanent di Australia.  

Antara lain, usia dibawah 40 tahun dan memiliki skill atau ketrampilan khusus,seperti dokter. Perawat, teknisi  dan sebagainya,serta menguasai bahasa Inggeris. Kemudian sudah tinggal di Australia,minimal 2 tahun setengah, selama total 5 tahun ,tinggal di Australia .Tidak ada catatan kriminal . 

Beda dengan kami  ,mendapatkan Permanent Resident ,karena dulu ada aturan,karena 2 dari 3 orang total anak anak kami, tinggal di Australia Dan keduanya menjamin ,bahwa selama kami tinggal di Australia adalah menjadi tanggung jawab mereka. Dan tak kalah pentingnya, harus lulus total medical check up  di Rumah Sakit yang ditunjuk oleh Pemerintah Australia. 

Sesudah mengajukan permohonan, harus menunggu keputusan sekitar 2 tahun, baru dapat kepastian   . Ini baru tahap menjadi penduduk.Untuk menjadi warganegara Australia ? 

Wuiih,masih harus melalu perjalanan panjang . Jadi istilah :"Saya memilih menjadi warganegara Australia,sesungguhnya tidak tepat . Yang benar adalah kita mengajukan permohonan dan Pemeintah Australia yang akan memilih,mana yang diperbolehkan menjadi warganegaranya dan mana yang ditolak

Jadi ,kalau ada orang Indonesia yang tetap memegang Paspor Hijau,belum tentu berarti ia tidak mau memilih menjadi warganegara Australia,tapi bisa jadi ditolak,karena tidak lulus test atau tidak memenuhi persyaratan. 

Bagi yang masuk sebagai investor, kemungkinan akan mendapatkan T.R  atau Temporary Residence,tapi juga tidak berarti jalan mulus untuk menjadi warganegara. Kesimpulannya,tidak gampang mendapatkan kewarganegaraan dinegeri orang,apalagi kalau tidak punya skil dan tidak mampu berbahasa Inggris 

Nah, bagi adik adik atau anak anak kami di tanah air, silakan ngambeg, tapi jangan buru buru bilang :"mau pindah kewarganegaraan ya" .Karena menjadi pengungsi atau manusia perahu itu sungguh sangat tidak enak .Jauh lebih baik,memiliki kewarganegaraan Indonesia,ketimbang Stateless atau tanpa warganegara.

Cuma itu pesan Opa dari Australia ya 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun