Itulah Orang Yang Kita Sayangi
Pertanyaan diatas tentu saja tidak harus dijawab karena setiap orang berhak memiliki ruang privasi yang tidak boleh disentuh oleh siapapun kecuali oleh The Giver of Life atau Sang Pemberi Kehidupan.Â
Orang mau berdoa atau tidak itu urusan pribadi dengan Tuhan. Siapapun adanya diri kita sama sekali tidak berhak mengintervensi atau menerobos ruang pribadi seseorang.Â
Tulisan ini hanya sebuah renungan diri yang dibagikan dengan harapan setidaknya dapat merupakan sebuah masukan. Mungkin kita masih ingat sebait lirik lagu "Di doa ibuku, namaku disebut " Nah, sesungguhnya hal ini bukan hanya sebatas dalam lirik lagu, tapi terjadi dalam hidup kesaharian kita.
Seperti yang sudah pernah saya akui, diri saya jauh dari sikap seorang agamis. Boro boro mengajari orang berdoa, malahan sejujurnya doa saya tidak lebih dari satu menit.
Bahkan tidak jarang hanya dalam hitungan detik bila malam sudah larut dan mata saya tidak dapat lagi diajak berunding. Hanya satu kalimat yang saya ucapkan "Terima kasih Tuhan, untuk semua yang sudah saya terima hari ini.. Saya sudah sangat mengantuk dan ingin tidur. Maka saya serahkan jiwa raga saya dan keselamatan seluruh keluarga saya kedalam perlindunganMu ya Tuhan, Amin" Dan dalam hitungan menit selanjutnya saya sudah  terlelap dalam mimpi
Isteri Saya Lebih Rajin
Dalam hal berdoa, isteri saya jauh lebih rajin. Walaupun secara umum dianggap  seorang suami yang juga adalah Kepala Keluarga, seyogyanya menjadi imam yang memimpin doa dalam keluarga.Â
Tapi kalau dalam kenyataannya ternyata yang terjadi tidak seperti itu, mau diapakan lagi? Apakah harus berpura pura untuk memberikan gambaran atau image bahwa diri saya adalah sosok yang patut dijadikan contoh teladan?
Jawabannya boleh jadi jawabannya berbeda dan tulisan ini bukanlah bertujuan memberikan penilaian, melainkan semata mata berbagi kisah hidup yang sesungguhnya.
Tapi kelak, saya sadar diri bahwa berdoa bersama sama jauh lebih baik ketimbang kami masing masing berdoa sendiri sendiri  Dan kami  sudah sepakat agar  bersama sama dengan saling berpegangan tangan setiap kali berdoa Menyebutkan nama kedua putera dan putri kamiserta seluruh anggota keluarga mereka.Â
Untuk orang tua dan semua anggota keluarga yang sudah mendahului dan terakhir baru untuk diri kami  sendiri dan semua orang yang perlu di doakan Dan sebagai penutup, kami serahkan keselamatan kami dan seluruh keluarga dalam tangan Tuhan
Bangun Pagi Selalu Diawali Dengan Bersyukur
Kami biasa bangun jam 4.30, baik disaat mentari muncul maupun bila hujan turun dengan lebat. Hal yang pertama kami lakukan adalah bersyukur bahwa kami masih hidup..
Ternyata hari yang dimulai dengan bersyukur menghadirkan kedamaian dan ketenangan dalam hati kami Menyebabkan kami dengan mantap  menyongsong hari baru dengan harapan yang baru dan tentunya dengan segala problema hidup yang baru
Hanya sekedar berbagi secuil cuplikan perjalanan hidup kamiÂ
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI