Mengapa Tidak?
Setiap orang tua tentu berhak sepenuhnya menentukan cara dan gaya dalam mendidik anak-anak mereka dan tidak seorang pun berhak untuk ikut mencampuri, apalagi mengajari orang lain dalam mendidik anak-anak mereka.Â
Ada yang ingin agar anak-anak mereka disiplin hingga merasa perlu mengantung rotan di rumah mereka yang siap dikaryakan untuk mendidik anak-anak mereka. Alasannya, anak-anak harus dihukum untuk menimbulkan efek jera, sehingga tidak lagi berani mengulangi kesalahannya. Bahkan ada yang memanfaatkan ikat pinggangnya agar lebih terasa sakitnya di kulit anak-anak mereka, juga dengan alasan "mengajarkan anak-anak disiplin sejak kecil".
Nah, seperti yang sudah diuraikan di atas, itu hak mutlak pada orang tua masing-masing dan kita tidak perlu kepo ikut campur. Lebih baik kita fokus mendidik anak-anak kita, ketimbang sibuk mengurusi urusan orang lain dalam mendidik anak mereka.
Kami didik mereka agar selalu jujur dan tidak mengambil apapun yang bukan milik mereka. Mendidik mereka dengan memberikan contoh teladan, sehingga sejak mereka bisa berbicara hingga kelak mereka dewasa tidak pernah ada satu pun kata-kata kotor keluar dari mulut mereka.Â
Bahkan hingga mereka dewasa dan berkeluarga, anak-anak mereka juga tidak pernah mengeluarkan kata-kata tidak senonoh. Karena anak anak lebih mudah berlajar dari apa yang mereka saksikan dan mereka alami, ketimbang mendengarkan orang tua nyiyir pada mereka.
Hingga anak-anak dewasa dan sudah memiliki keluarga sendiri hubungan baik antara kami dan anak-anak tidak terputus. Putra kami yang juga sudah punya mantu, ketika beli Drone khusus datang mengajak saya main Drone. Begitu juga ketika ikut berburu Abalone, saya juga diajak ikut serta. Dan kalau kami kerumah Puteri kami, juga sama halnya. Terkadang kami duduk main bingo ataupun main pingpong bersama-sama.Â
Hukum tabur tuai sangat kental terasa dalam hal ini. Mendidik anak dengan rasa kasih sayang, maka ketika anak sudah dewasa, mereka juga akan sangat menyayangi kita. Tidak perlu meminta, mereka sudah memberikan sesuai kemampuan masing-masing. Tidak ada sekat antara kami dan anak-anak cucu kami.Â
Kami diberikan tempat tinggal mobil baru dan belanja setiap bulan tanpa perlu kami minta sekalipun kepada anak-anak kami. Mereka akan mengirim sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kami diajak travelling ke berbagai destinasi wisata.
Tulisan ini hanya sebuah cuplikan perjalanan hidup yang intinya adalah bila ingin disayangi anak-anak, maka mulailah menyayangi mereka sejak dari kecil. Anak-anak akan menyimpan apa yang mereka alami semasa kecil dan akan mereka ingat hingga mereka dewasa.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H